-->

Subscribe Us

Ayat, Mayat, dan Tamasya Almaidah Bukti Ketakutan Kubu Anies-Sandi






Bukan rahasia lagi, agama masih menjadi senjata yang ampuh sebagai alat politik. Jangan salahkan jika suatu agama yang disalahgunakan untuk sebuah kepentingan politik, akan membuat manusia penganut agama tersebut menjadi mengerikan, tanpa mengenal perasaan dan sifat kemanusiaan lagi.

Sejarah kelam banyak menghantui berbagai agama dalam sejarah di dunia. Terkait klaim yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengaku beragama tersebut sebagai perang suci, jihad dan lain sebagainya, tentu saja suatu kekerasan baik secara fisik dan perlakuan yang buruk dengan memandang sebelah mata antara satu dengan yang lainnya, merupakan sesuatu yang tidak manusiawi dan tidak memiliki perasaan.

Kefanatikan secara membabi buta, dapat dimanfaakan oleh orang-orang brengsek untuk membuat teror, yang pada akhirnya menjadi pelaku teror dengan berbagai bentuk, bukan hanya dalam bentuk fisik misalnya pembunuhan, tetapi juga dalam bentuk teror sikap RASIS, yang sama-sama tidak menghargai akan kemanusiaan.

Tidak ada ajaran agama yang salah, yang ada adalah kesalahan dalam menafsirkan dan meng-implementasikannya didalam kehidupan. Selain itu, tidak ada ajaran agama yang salah, yang salah adalah disaat orang-orang beragama, menggunakan agama sebagai dagangan untuk meraup keuntungan pribadi dan golongan di dunia ini.

Tidak terlalu berdampak buruk, jika hanya seseorang menggunakan ayat-ayat untuk mengeruk pundi-pundi rupiah bagi keuntungan pribadi. Tidak terlalu mengkhawatirkan karena hal tersebut tidak berdampak terlalu luas bagi tatanan kehidupan bermasyarakat.

Tetapi akan berdampak sangat fatal, jika agama digunakan untuk sebuah kepentingan politik. Karena hal tersebut akan menimbulkan konflik horizontal, jika manusia tidak lagi dapat menggunakan akal budi yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita.

Potensi konflik horizontal dapat terjadi jika agama digunakan sebagai alat politik. Konflik tersebut disebabkan oleh perbedaan sudut pandang manusia, termasuk dalam agama yang dianutnya masing-masing. Mungkin semua akan setuju, jika masing-masing orang mengatakan agamanya adalah agama yang paling sempurna, paling baik dan paling benar. Jadi bisa dibayangkan jika agama digunakan sebagai alat ( politik ) sebuah kekuasaan duniawi yang berujung pada harta, tahta dan bahkan wanita?hehe.


Bahkan ada sebuah ungkapan, yang entah itu ungkapan siapa, tetapi memang benar ” tidak ada pembunuhan yang lebih bersemangat selain pembunuhan atas nama agama”, karena ego manusia yang ingin menang sendiri, lalu berfikir, dengan melukai bahkan membunuh sesama manusia berharap dapat masuk surga.

Aroma kebusukan kelompok-kelompok tertentu menggunakan agama sebagai alat ( politik ) dalam mencapai kekuasaan tercium disaat pilpres 2014. Bisa dibayangkan pak Joko Widodo yang sudah jelas-jelas Haji, masih saja dibenturkan dengan agamanya sendiri yaitu Islam, dengan berbagai fitnah terkait agama, yang tentu saja hal tersebut bertujuan untuk menjegal beliau.

Jika Jokowi saja diperlakukan seperti itu, apalagi dengan pak Basuki, tentu saja akan menjadi lebih parah lagi upaya para lawan politiknya untuk membenturkannya dengan isu SARA. Selain Basuki Tjahaya Purnama merupakan keturunan Tionghoa, di juga bukan pemeluk agama mayoritas di negeri ini.

Setelah upaya menggunakan ayat gagal dalam menjegal Basuki – Djarot didalam pilkada DKI Jakarta putaran pertama, dalam putaran kedua serangan menjadi gila dan tidak masuk akal dengan menggunakan mayat sebagai senjata menekan para pemilih yang beragama Islam, supaya tidak memilih Basuki sebagai Gubernur.

Setelah usaha menekan para pemilih Basuki-Djarot yang beragama Islam dengan provokasi untuk tidak men-shalati mayat pemilih Basuki-Djarot yang berujung kegagalan. Tentu saja mereka tidak kehabisan cara lain yang lebih nyeleneh dengan tetap membawa agama sebagai alatnya.

Cara lain tersebut adalah dengan ajakan ” Tamasya Almaidah” bagi orang-orang di luar DKI Jakarta untuk menjaga Tempat Pemungutan Suara ( TPS) pada pilkada Jakarta di putaran ke dua.

Tidak masuk akal jika tujuan “Tamasya Almaidah” dalam rangka menjaga TPS. Apakah salah jika orang yang mampu berfikir secara rasional dan memiliki akal budi menganggap, bahwa tujuan yang sebenarnya adalah upaya membawa masa untuk memberikan tekanan, karena, toh sudah ada saksi dari pasangan calon masing-masing serta petugas KPPS serta TNI/Polri dan saksi dari pemerintah di setiap TPS.

Seperti kata pak Djarot yang dilansir kompas.com, “Saksinya sudah banyak, enggak perlu undang (warga) seluruh Indonesia, apalagi pakai (alasan menegakkan) Al-Maidah. Ketawa sendiri saya, lucu,” Saya pun ikut tertawa karena mencium ketakutan akan kekalahan lawan politik Basuki-Djarot di ajang pilkada DKI putaran ke dua ini.



Selengkapnya: https://seword.com/politik/ayat-mayat-dan-tamasya-almaidah-bukti-ketakutan-kubu-anies-sandi/

0 Response to "Ayat, Mayat, dan Tamasya Almaidah Bukti Ketakutan Kubu Anies-Sandi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel