-->

Subscribe Us

Pengusung Anies Satu Persatu Mulai Antre Jatah, Setelah Ratna, Siapa Lagi?






Viralnya kejadian Ratna Sarumpaet menelepon Anies karena mobilnya diderek, jangan kita pandang sebelah mata. Ini bukan sekadar aksi emak-emak yang rempong berteriak-teriak karena mobilnya ditertibkan.

Tentu kita harus melihat hal ini dari cara pandang yang lebih luas lagi. Apa yang dapat kita petik dari pelajaran ini? Sebenarnya cukup bisa dipikirkan. Semua ini adalah aksi menagih Anies, yang sudah didukung oleh mereka.


Mereka yang mendukung Anies, satu per satu sudah mulai menagih janji, meminta jatah, meminta fasilitas, dan kekuasaan di ibu kota. Mereka yang mendukung Anies, tidak segan-segan meminta kembali apa yang sudah mereka korbankan dan mereka berikan selama Anies berkampanye. Maka ada satu pepatah yang mengatakan…
Tidak ada yang gratis di dunia ini.

Semua akan ditagih pada waktunya. Seperti kartu kredit, kita bisa menggunakan kartu kredit tersebut, dengan batasan tertentu. Akan tetapi, kartu kredit bukan sesuatu gratisan. Bank tentu akan menagih pengguna kartu kredit pada waktu yang sudah disepakati. Biasanya penagihan kartu kredit ditarik setiap bulannya.

Bukan hanya kartu kredit, utang perusahaan pun juga akan ditagih pada waktunya, dengan waktu yang lebih panjang. Semakin besar investasi kita, tentu semakin lama pula tenggat waktu pelunasannya. Mengapa? Jelas karena pihak pemberi utang tahu, bagaimana cara mengikat nasabahnya.

Jangka waktu yang panjang, membuat para nasabahnya melupakan besaran utang yang harus ia lunasi. Kecenderungan nasabah adalah menikmati, tanpa mengingat bahwa uang yang dinikmati dan dipakai, adalah hasil pinjaman dari pihak pemberi utang.

Inilah yang terjadi pada Anies Baswedan. Gubernur DKI ini selama ini sudah kadung menikmati dan terlanjur dimanja oleh nikmatnya menjadi pemimpin ibu kota. Bahkan makian dan kritik dari DPRD DKI mengenai kebijakannya, dianggap sepi. Setiap kritik dan masukan yang diterima Anies, hanya diterima dengan ringan, tanpa merasa perlu membenahi Jakarta.

Lihat saja Jakarta yang semakin semrawut. Jalanan ditutup untuk PKL, pintu air tidak dikelola dengan baik, Anies menaati janji tidak gusur, dan membiarkan penduduk bantaran Ciliwung terendam air ketika sungai pasang. Memang itu permintaan warga, yang dengan mudah dijalankan Anies. Anies terlampau santai dan tidak memerdulikan warganya.

Anies saat ini seperti berada di gelembung sabun. Dirinya sudah begitu nyaman dengan gelembung sabunnya.

The bubble expands, and start to annoy his surroundings.

Ternyata gelembung sabun yang membesar tersebut, membuat para pengutang Anies tertarik untuk datang dan menagih janji Anies. Semangat “homo homini lupus” yang berarti “manusia adalah serigala bagi sesamanya” benar-benar muncul.

Salah satunya Ratna Sarumpaet. Dirinya mulai datang, mengganggu kehidupan Anies yang sudah kadung nyaman. Di dalam kelunglaian Anies, Ratna datang bak petir. Menyambar-nyambar di pinggir jalan Taman Tebet, Jakarta Selatan. Padahal tidak ada hujan, tidak ada angin, ratna datang menyambar-nyambari petugas dishub yang hanya tahu bagaimana harus menjalankan tugasnya.


Anies pun menjadi sasaran tembak utama dari Ratna Sarumpaet. Sang Ratu dari timur itu, menjadi sosok yang mulai mendatangi Anies. Menagih semua janji politiknya. Sekali lagi kita harus mengetahui bahwa “tidak ada yang gratis di dunia ini, Bung!”, termasuk kursi gubernur.

Ratna hanyalah satu dari beberapa orang yang akan datang ke hidup Anies. Saya yakin, akan ada banyak lagi orang-orang yang hadir di hidup Anies. Ratna baru permulaan, yang didahului sebelumnya oleh para buruh, dan para mantan pendukung radikal Anies. Mereka mulai mempertanyakan loyalitas Anies kepada sang imam besar bernama Rizieq. Bahkan foto Anies dibakar di dalam sangkar burung.

Mereka para penagih-penagih akan berbaris, sembari menunggu jatah mereka, fasilitas mereka, dan kontrak politik mereka. Ia harus mempermalukan dirinya dengan mengadakan moda transportasi becak. Ia harus menutup telinga atas kebijakan yang minta dibejek-bejek karena menutup jalan secara ilegal, sampai harus dilaporkan.

Mereka mulai menagih Anies, untuk menggunakan Monas sebagai tempat ibadah. Mereka mulai meminta apapun kepada Anies, yang saat ini membuat Anies tertekan. Bahkan saking lucunya, Pulau Reklamasi yang legal pun, dianggap ilegal. Alexis yang ada izin pun harus ditutup, karena “dugaan” prostitusi yang belum terbukti.

Untuk para penagih, saya sarankan kalian sabar saja. Berbaris yang benar. Jatah kalian, pasti kalian dapatkan. Anies gitu loh. Dia kan sinterklas. Hahaha.

Betul kan yang saya katakan?



0 Response to "Pengusung Anies Satu Persatu Mulai Antre Jatah, Setelah Ratna, Siapa Lagi?"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel