-->

Subscribe Us

Pelecehan 'Tampang Boyolali’ Membukti Prabowo Tidak Berempati Kepada Rakyat Kecil



Prabowo pernah hidup susah? Prabowo pernah hidup sederhana? Tidak. Karena Prabowo lahir, hidup dan besar dari kalangan orang kaya. Prabowo dari kecil sudah hidup di luar negeri. Mulai dari SD sampai tamat SMA, Prabowo berada di luar negeri. Jadi, Prabowo tak mungkin merasakan bagaimana hidupnya orang susah.

Kalau kita selama hidup tidak pernah bergaul dengan masyarakat yang kurang mampu, apakah kita akan merasakan kehidupan mereka? Apakah kita akan tahu hidup mereka susah atau bahagia? Dan bagaimana juga kita mengerti kehidupan mereka selama ini? Apakah kita hanya mendengarnya dari katanya dan katanya?


Beda dengan Presiden Jokowi yang hidupnya memang sudah sederhana. Dari tukang kayu, menjadi pengusaha meubel hingga menjadi Wali Kota Solo dan kini menjadi seorang Presiden, Jokowi sudah mengalami berbagai interaksi dengan masyarakat luas. Dari berbagai kalangan. Dari yang hidupnya susah sampai kepada elite politik, semuanya sudah pernah ditemui oleh Presiden Jokowi.

Jadi tidak heran, kalau dalam berinteraksi dengan masyarakat tidak ada kecanggungan dari Jokowi meski pun sudah menjadi seorang presiden. Begitu natural. Karena memang tidak dibuat-buat. Begitulah adanya Presiden Jokowi itu ketika bertemu dengan masyarakat. Dan yang penting Presiden Jokowi tidak alergi ketika berhadapan dengan masyarakat. Tidak terserang flu. Tidak perlu pakai masker ketika harus bertemu dengan rakyat.

Lain halnya dengan orang yang tidak pernah berinteraksi dengan masyarakat luas. Sekali bertemu dengan masyarakat, dirinya sudah terserang flu. Dan itu pun hanya dilakukan setiap lima tahun sekali. Ketika akan diselenggarakannya pilpres. Saat itu pula dia baru akan turun menemui masyarakat. Dan itu pun harus dipaksa dulu.

Kalau Andi Arief tidak menyindir bahwa Prabowo itu malas untuk terjun ke masyarakat, mungkin sampai saat ini hanya Sandiaga Uno yang rajin turun ke pasar-pasar. Sedangkan Prabowo masih senang berada di tahtanya di Bukit Hambalang sana. Dia ogah bercape-cape menemui masyarakat yang bisa menyebabkan dirinya flu itu.

Tetapi sekali terjun ke masyarakat. Bukannya membuat Prabowo tambah dicintai masyarakat. Tetapi justru sebaliknya. Ketika berada di Ponorogo, bahkan emak-emak pun bosan mendengar pidato Prabowo yang itu-itu saja. Miskin dan miskin lagi yang dijualnya. Sehingga emak-emak lebih senang rebutan buku yang dibagikan daripada mendengar pidato Prabowo yang membosankan itu. Sampai-sampai Prabowo harus marah kepada mereka.

"Saudara mau diam atau saya yang bicara, saudara naik ke sini (panggung,red). Kalau mau sopan saya bicara dulu, ini ingin lanjut atau tidak. Jangan ribut sendiri," tegas Prabowo saat berada di salah satu tempat makan di Jalan KH. Ahmad Dahlan, Kamis (1/11/2018).

Setelah Prabowo ketahuan wujud aslinya yang suka marah-marah itu. Prabowo tak berhenti juga melakukan blunder. Setelah marah-marah ternyata Prabowo juga tidak punya empati kepada masyarakat kecil. Bahkan Prabowo justru melecehkan mereka.


Dalam kunjungannya ke Boyolali. Prabowo masih berbicara tentang kemiskinan. Padahal kemiskinan di Indonesia sudah tinggal 1 digit. Tetapi ya, itulah jualannya Prabowo. Kalau tidak menjual kemiskinan Prabowo tidak punya bahan jualan yang lain. Program belum punya. Visi tidak jelas. Ya, hanya kemiskinan yang bisa dijual. Dan itu pun jarang laku.

Pada kesempatan itu, Prabowo yang berjualan kemiskinan justru memandang rendah orang Boyolali. Prabowo menganggap orang Boyolali itu tidak layak untuk menginap di hotel bintang lima. Kenapa? Karena menurut Prabowo, ‘tampang orang Boyolali’ itu miskin-miskin. Sehingga kalau masuk ke hotel bintang lima akan langsung di usir keluar.

“Ada Saint Regis, dan macam-macam itu semua. Tapi saya yakin kalian tidak pernah masuk hotel-hotel tersebut. Betul?”

“Kalian kalau masuk, mungkin kalian diusir. Karena tampang kalian tidak tampang orang kaya, tampang-tampang kalian ya tampang Boyolali ini. Betul?” Begitu pidato Prabowo saat itu.

Pernyataan dari Prabowo ini tentu melukai hati masyarakat Boyolali. Sudah semiskin itukah masyarakat Boyolali sampai masuk ke hotel bintang lima pun diusir keluar? Sudah separah itukah masyarakat Boyolali sampai tidak pernah memasuki hotel bintang lima?

Saya rasa itu memang tabiat dari Prabowo yang suka menghina orang. Yang suka membandingkan dirinya dengan orang lain. Prabowo seakan-akan ingin bilang bahwa hanya dirinya yang sering keluar masuk hotel bintang lima sedangkan ‘tampang Boyolali’ belum pernah sama sekali.

Jadi, dapat kita simpulkan bahwa Prabowo memang tidak mempunyai empati kepada masyarakat kurang mampu. Dan keberpihakannya kepada masyarakat kurang mampu hanya sekedar meraih simpati masyarakat, dan bukan benar-benar keluar dari lubuk hatinya.

Bukan begitu kura-kura?

#JokowiLagi




0 Response to "Pelecehan 'Tampang Boyolali’ Membukti Prabowo Tidak Berempati Kepada Rakyat Kecil"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel