-->

Subscribe Us

Masih Percaya Rizieq Shihab? Prabowo Saja Tidak Lagi Yakin. Ini Buktinya....

Hasil gambar untuk habib rizieq

Kisah bendera yang dinamai poster oleh RS di Arab Saudi melahirkan drama yang tidak akan selesai. KBRI mengeluarkan pernyataan, dengan gagah perkasa dibantah oleh RS sebagai tidak demikian. Lucu dan menggelikan karena menginap di tahanan kepolisian bukan sebagai ditahan, namun kemalaman.

Lebih menggelikan lagi, ketika mengatakan presiden dan pemerintah harus menegakan hukum, padahal dia sendiri melarikan diri dari proses hukum. Panggilan sebagai saksi lho, bukan tersangka, sudah ngacir duluan.

Ketika ada dua pernyataan dan dua-duanya diklaim paling benar, bagaimana melihat yang lebih mendekati kebenaran dan lebih memiliki jaminan bahwa itu adalah benar, karena jelas tidak mungkin ada dua kebenaran bukan? Paling tidak adalah dari rekam jejak dan perilaku siapa yang mngatakan itu.

Siapa sekarang yang masih percaya pada RS coba? Apa yang dinyatakan dan diperbuat itu bertolak belakang. Bagaimana orang model demikian bisa diyakini kebenarannya coba. Orang-orang di sekitarnya pun setali tiga uang berbuat yang sama, identik, dan setipe. Pernyataan yang ditudingkan pada pihak lain itu mereka pun tidak lakukan dan perbuat.

Beberapa fakta yang patut dilihat bahwa ia tidak bisa dipercaya.

Satu, kepergian ke Arab Saudi itu menghindari proses hukum, bahasa normalnya, bahasa kasarnya adalah minggat dan tidak bertanggung jawab pada proses hukum minimal, sebagai saksi padahal, dalam beberapa kasus.

Lucunya, malah menyarankan kalau pemerintah, harus menegakan hukum, bagaimana bisa orang yang tidak taat hukum malah menyarankan pemerintah harus menegakan hukum. Atau ia merasa di atas hukum? Aneh dan luar biasa apa yang dikatakan dan dilakukan sama sekali tidak sinkron. Apa iya model demikian itu bisa dipercaya.

Wajah kecut gambaran ketakutan yang tersebar selama ini, jauh dari keharannya ketika di atas mobil komando ketika melakukan demo di Jakarta dalam banyak peristiwa. Ternyata jago kandang, beraninya hana di Jakarta, ketika di Arab tidak beda dengan ayam sayur, ke mana kegarangannya yang menuntut ini itu turun?

Dua, beberapa kalangan dan lingkaran terdekatnya menyajikan gambaran bahwa RS adalah sahabat raja Arab Saudi, yang akan mendapatkan banyak fasilitas, bisa tinggal sesuka hati, dan gambaran muluk-muluk lainnya.

Namun, apa yang dinyatakan ternyata tidak demikian adanya. Paling tidak, sebelum kisah "poster" yang diselidiki polisi, toh soal visanya pun bermasalah. Lebih tampak sebagai TKI kaburan yang tidak berdaya karena ketakutan untuk "pulang" juga.

Melihat rumahnya yang hanya seperti itu, kog jauh dari gambaran kedekatan dengan raja yang amat kaya raya itu. Melihat fisik bangunan, dan juga mudahnya orang bisa masuk dan menempel "poster", berarti terbuka dan tidak berpagar sebagai gambaran sahabat raja.

Ketiga, pribadi yang tidak bertanggung jawab. Jelas ia kabur memperlihatkan kualitasnya, tidak bisa dipercaya. Sudah di-SP-3 sekalipun ia masih tidak berani pulang. Malah menuding ada pihak yang balas dendam, menjahati, dan seterusnya. Buktikan jangan hanya banyak omong di luar sana lagi.

Sudah dibantu malah masih menuding yang tidak-tidak, namanya tidak tahu diri dan teri makasih. Memalukan. Apa iya model demikian adalah gambaran pemimpin, pemimpin agama lagi?

Menyerukan kantor-kantor, rumah-rumah, dan meja-meja dengan bendera yang ia yakini kebenarannya di Indonesia, dikatakan dari Arab. Ketika rumahnya ada bendera yang sama, mengapa ia mengingkari bahwa bukan ia sebagaimana dikatakan harus dikibarkan di sini? Lucu, jika itu adalah suci dan benar, Arab pun akan menilai itu suci dan benar? Atau suci dan benarnya berbeda?

Keempat, pribadi yang hanya memikirkan nama dan kebesaran diri. Apa yang mau diraih kog tidak jauh-jauh dari uang dan materi. Mungkin terlalu spekulatif namun paling tidak ada beberapa indikasi yang bisa dijadikan sedikit fakta.

Ia merasa hebat ketika dipanggil sebagai saksi atas penodaan agama, jelas ia adalah panglima agama, namun ketika itu sebagai saksi dalam kasus percakapan mesum, habis sudah reputasinya, tidak ada bedanya dengan perilaku cabul dan mesum lainnya. Tidak ada lagi kegagahan dan kebanggaan sebagai seorang pemimpin besar. Jelas ia hanya berorientasi pada nama baiknya semata, soal tanggung jawab ternyata nol besar.

Ia juga menyatakan dengan konferensi pers bahwa bukan ditahan namun diminta menginap dan malah polisi meminta daftar siapa-siapa yang menjadi kira-kira tertuduh atas poster itu. Apa iya seperti itu? Lebih cenderung tidak, melihat perlakukan dan mukannya yang kecut tersebut. Fokusnya adalah merebut lagi panggung yang diambil KBRI karena jasanya mengeluarkan ia.

Pernyataan soal ia diminta menginap dan diminta mendaftar itu hanya sebentuk upaya mempertahankan diri atas perilaku ketakutan dan tidak berdaya semata. Secara esensi tidak ada lagi isi yang penting dan berdasar.

Prabowo pun tidak lagi percaya dengan reputasi Rizieq Shihab.

Apa yang dinyatakan Prabowo dan lingkarannya hanya upaya merengkul para pengikut dan fans garis keras RS yang masih memujanya. Tidak ada upaya konkret yang menyatakan Prabowo percaya pada RS. Hanya kata-kata kosong, mau menjemput, meminta ini dan itu. Toh apa yang mendasar sama sekali tidak didengarkan.

Rekomendasi soal ulama untuk menjadi calon wakil presiden pun tanpa sebelah mata dilihat, apalagi diterima oleh Prabowo. Ini indikasi yang tidak main-main sebenarnya. Ketika akhirnya toh Sandi, dan bukan rekomendasi mereka, masih berupaya, yang berujung sama, tidak juga didengar.

RS itu sekarang hanya nama besar tanpa pengaruh, hanya bisa omong besar, lewat media yang lagi-lagi katanya produk kafir, namun ia puja juga. Toh media ada antara, ada jarak, ada ruang yang bisa saja berarti apa saja.

Menggambarkan kemegahan, padahal keropos, menampilkan kemewahan, padahal hanya tipuan, berbicara garang padahal ketakutan. Apa iya Prabowo mau dibebani model demikian? Jelas akan ditedang dan dibuang, lihat saja kader, simpatisannya yang terkena kasus hukum, apakah ada yang diperhatikan? Tidak ada, apalagi dibantu.

Melihat kebersamaan mereka selama ini, FPI dan RS cenderung hanya menjadi alat, menjadi anjing penjaga bagi Prabowo dan kepentingannya. Mereka yang akan maju dengan atribut agama di dalam mendorong Prabowo dan kepentingannya di dalam menahan laju pemerintah, yang dilabeli antiagama. Mereka dipasang pada garda terdepan, jika ada apa-apa tetap saja tuan di dalam rumah aman.

Pola dan kebersamaan antara HTI, FPI, dan Prabowo ini kondisi yang saling memanfaatkan, bukan saling menguntungkan, namun saling memanfaatkan dan ketika ada keadaan tidak menguntungkan, mereka bisa saling menikam.

Posisi paling lemah jelas FPI yang nama-namanya nyata dan terlihat dan tidak memiliki posisi tawar. HTI jelas akan berlindung di dalam keadaan mereka yang sudah dilarang, selama ini pun mereka bekerja di dalam area abu-abu yang susah untuk berurusan dengan hukum.

Posisi Prabowo dan kepentingan jelas terlindungi oleh jaringan dan atas nama demokrasi. Mereka aman, beda dengan FPI dan RS. HTI dan Prabowo bisa menunjukan telunjuk, pun ia akan lepas lehernya karena dinyatakan makar di negeri yang tegas atas perilaku makar.

Posisi RS itu tidak jauh dengan Ratna Sarumpaet, masih lumayan Ratna yang tidak akan pernah terjerat hukuman mati. Keadaan RS sangat berbahaya karena ada indikasi makar di mana negara itu tegas dalam hukum, dan pancung itu tidak bisa ditarik lagi dan leher tersambung.

Apakah akan ada demo berjilid-jilid ke kedutaan Arab Saudi, atau 500 pengacara yang mendampingi ketika ditangkap polisi Arab, ke mana kegarangan mereka ketika menghadapi Ansor kemarin? Janganlah jadi jago kandang yang beraninya menakut-nakuti anak bangsa sendiri. Atau ini adalah gendruwo yang dinyatakan Presiden Jokowi?

Terima kasih dan salam



0 Response to "Masih Percaya Rizieq Shihab? Prabowo Saja Tidak Lagi Yakin. Ini Buktinya...."

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel