-->

Subscribe Us

Tamparan untuk Para Habib, Habib Luthfi : “Keturunan Nabi Tak Mesti Berakhlak Baik”






Selama ini berkembang doktrin di masyarakat muslim bahwa seseorang yang bergelar Habib adalah manusia yang mulia dan wajib dihormati dan dimulyakan oleh masyarakat muslim. Perkara orang tersebut shaleh serta ‘alim atau tidak itu urusan lain. Yang terpenting, di dalam darahnya mengalir darah Nabi Muhammad SAW. Nasab itu yang membuat mereka wajib dihormati secara absolute oleh umat Islam. Doktrin ini sudah mengakar dan tersebar luas di tengah-tengah masyarakat muslim.

Bahwa Nabi Muhammad SAW adalah makhluk paling mulia dan ma’shum (terjaga dari dosa) itu sesuatu yang sudah mutlak, namun bukan berarti keturunan beliau sudah pasti mewarisi kema’shumannya. Dalam sejarah, ada beberapa keturunan Nabi yang justru durhaka dan tidak mau beriman kepada ayahnya seperti Kan’an putra Nabi Nuh AS.Doktrin yang terlalu kuat terkadang dimanfaatkan oleh beberapa Habib untuk mendapatkan pengikut sebanyak mungkin. Gelar Habib yabg disandangnya membuat orang percaya begitu saja dengan apa yang diucapkan.

Doktrin seperti itu harus segera dihilangkan. Bahwa Habib memang memiliki nasab yang baik kita harus mengakui dan menghormati itu. Namun, nasab tersebut tidak serta merta membuatnya terhindar dari kesalahan dan dosa. Mereka seperti manusia kebanyakan yang tidak luput dari dosa. Dan kita harus ingat, Allah SWT telah berfirman bahwa manusia yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa.

Habib Luthfi sebagai salah satu keturan Nabi Muhammad SAW yang sangat dihormati di Indonesia telah menyatakan bahwa Habib tidak mesti berakhlak baik. Belilau menyatakan bahwa tidak ada yang mengelak bahwa Nabi Muhammad SAW adalah manusia paling baik, bahkan sempurna. Satu bukti, ia digelari Al-Amin (seorang yang jujur) oleh kaum Quraisy di zaman pra Islam.

Namun demikian, seluruh keturunan yang mempunyai nasab langsung ke Nabi tidak menjamin bahwa akhlak orang tersebut baik. Alasan untuk persoalan tersebut dijelaskan secara lugas oleh Pimpinan Majelis Kanzus Sholawat Pekalongan Habib Luthfi bin Yahya, Selasa (24/1) lalu saat menerima rombongan Anjangsana Islam Nusantara STAINU Jakarta di kediamannya.

Rais Aam Idarah Aliyah Jamiyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah An-Nahdliyah (JATMAN) ini menerangkan, meskipun mempunyai nasab langsung ke Rasulullah, belum tentu akhlak orang itu baik karena ini persoalan ma’shum (dilindungi Allah dari dosa).

“Jangan heran jika (keturunan Nabi, red) ada yang berakhlak tidak baik, lah wong mereka tidak di-ma’shum kok,” tutur Habib Luhtfi dengan gaya bicaranya yang khas.

Dengan demikian, menurutnya, belajar dan memahami sejarah secara tuntas sebagai cerminan berpikir dan bertindak menjadi langkah penting, termasuk sejarah perjalanan Nabi Muhammad yang penuh dengan teladan baik dan akhlak yang mengesankan.

Sebutan Habib


Beberapa waktu lalu dalam kunjungannya ke ndalem Gus Mus, Prof HM. Quraish Shihab mengatakan bahwa sebutan Habib mempunyai makna orang yang dicintai sekaligus mencintai. Jadi menurut penulis Kitab Tafsir al-Misbah ini, seseorang dengan sebutan Habib tidak hanya ingin dincintai, tetapi juga harus mencintai.

Prof Quraish memberikan penekanan bahwa ada persoalan mendasar terkait sebutan Habib, yaitu akhlak. Terkait dengan akhlak ini, menjadi alasan fundamental bahwa tidak semua keturunan Rasulullah bisa disebut habib.

Dari beberapa literatur, keturunan Nabi dari Sayyidina Husein disebut sayyid, sedangkan dari Sayyidina Hasan disebut assyarif. Hasan dan Husein merupakan putra Sayyidah Fatimah binti Muhammad dari hasil pernikahannya dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

Selama ini, sebutan habib harus melalui komunitas dengan berbagai persyaratan yang sudah disepakati. Hal ini ditekankan oleh organisasi pencatat keturunan Nabi, Rabithah Alawiyah. Di antaranya cukup matang dalam hal umur, memiliki ilmu yang luas, mengamalkan ilmu yang dimiliki, ikhlas terhadap apapun, wara atau berhati-hati, serta bertakwa kepada Allah.

Tak kalah pentingnya, Rabithah Alawiyah yang dipimpin oleh Habib Zen bin Smith (salah satu Mustasyar PBNU) menekankan bahwa akhlak yang baik menjadi salah satu alasan utama keturunan Nabi disebut Habib.

Sumber: http://www.nu.or.id/post/read/74988/kenapa-keturunan-nabi-tak-tentu-berakhlak-baik-ini-penjelasan-habib-luthfi

Menyimak pernyataan ketiga Habib (Habib Lutfhi, Prof. Qurasih Shihab, Habib Zen bin Smith) tersebut, saya membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Seorang Habib tidak mesti berakhlak baik. Kita wajib menghormati keturunan Nabi Muhammad SAW, namun jangan sampai penghormatan secara buta. Kita harus menyadari bahwa mereka juga manusia biasa yang tidak luput dari dosa.
Selama ini ada yang menggeneralisir bahwa semua keturunan Nabi Muhammad SAW disebut dengan Habib. Padahal hanya keturunan Nabi Muhammad SAW yang berakhlak yang baik yang berhak menyandang gelar Habib. Keturunan Nabi Muhammad SAW yang tidak berakhlak baik tidak berhak menyandang gelar Habib.
Seorang yang berhak mendapat gelar Habib adalah ketika keturunan Nabi Tersebut tidak hanya dicintai, tapi juga harus menebar cinta kepada sesama mahkluk Allah tanpa memandang ras dan agama.

Menyimak beberapa kasus yang menjerat Rizieq Syihab tentu bukan sebuah kemustahilan. Bahwa Rizieq Syihab memang keturunan Nabi Muhammad SAW memang benar, namun penyematan gelar Habib di depan nama Rizieq Syihab saya rasa perlu dipertimbangkan dan direnungkan lagi. Dengan perilaku yang sering menebar kebencian kepada umat agama lain dan pihak yang tidak sepaham dengannya, serta beberapa perkataannya yang dinilai menghina umat agama lain rasanya umat Islam perlu mengkaji ulang apakah beliau berhak diberi gelar Habib atau tidak.

Yang terbaru, kasus perselingkuhan Rizieq Syihab denga Firza husein yang sedang menjadi trending topik semakin menambah daftar alasan agar Rizieq Syihab dengan suka rela mencopot gelar Habib yang disandangnya. Perkara isu perselingkuhannya dengan Firza Husein benar atau tidak (mudah-mudahan tidak benar karena jika benar sangat memalukan umat Islam), dengan perilaku dan perkataan beliau yang tidak seperti Habib-Habib yang lain, rasanya umat Islam mau tidak mau harus mengkaji ulang memberikan gelar Habib kepada Rizieq Syihab.

Mungkin seperti itu…..


0 Response to "Tamparan untuk Para Habib, Habib Luthfi : “Keturunan Nabi Tak Mesti Berakhlak Baik”"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel