-->

Subscribe Us

Edisi Kangen Ahok, Sandi Sebut Warga Tidak Perlu “Ngadu” ke Balai Kota








Dari temen-temen Pemprov yang melayani, kebanyakan sebetulnya bisa ditangani di kelurahan sama di kecamatan, di wilayah. Jadi sebetulnya warga enggak perlu jauh-jauh ke sini… Ke sini (Balai Kota) ini kalau memang udah enggak tertangani di kelurahan atau di wilayah… Jadi saya sama Pak Anies (Gubernur DKI Anies Baswedan) lihat ini cukup efektif. Tentunya kita seneng warga bisa ada outlet ya untuk ketemu kita terus," ujar Sandi di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Selasa (24/10/2017) sumber

Setelah janji manis kampanye Anies Sandi satu per satu digugurkan, apakah Anies Sandi akan menggugurkan harga dirinya yang sudah di ujung tanduk, dengan blunder-blunder yang dilakukan? Baru satu minggu lebih sedikit kedua orang ini memimpin kota Jakarta, sudah lebih dari sepuluh blunder yang dilakukan. Rasanya tidak perlu saya sebutkan blunder-blunder apa saja yang dilakukan oleh manusia pembuat blunder ini.

Anies Sandi menjadi sepasang yang tidak terpisahkan di dalam bekerja, sungguh tidak efektif. Alasan mereka adalah sederhana. Mereka belum terbiasa. Lah kalau begitu mengapa mencoba mengatur Jakarta? Tidak lebih dan tidak kurang, orang-orang semacam ini adalah orang-orang tak berkompeten, yang dilahirkan secara prematur oleh para pendukung-pendukungnya yang sangat titik-titik dengan partai pengusungnya yang juga menolak perppu ormas radikal.

Demonstrasi dari HTI yang sudah dibubarkan pun muncul hari ini, sebagai aksi menolak perppu pembubaran ormas radikal. Mengapa mereka bisa berdemo lagi padahal sudah dibubarkan? Sederhananya, mereka merasa ada penguasa yang berpihak kepada mereka. Menurut Anies, ini adalah masalah keberpihakan.

Saya tidak katakan secara langsung bahwa Anies merupakan orang yang berpihak pada HTI, namun yang jelas, HTI sangat berpihak kepada orang ini. Ditambah lagi satu hal yang pasti, Anies jelas berpihak pada FPI, dengan duduk bersama Rizieq Shihab, imam besar FPI yang sedang tersandung lagi dan lagi oleh kasus sex chat. Kasus ini membuat Rizieq Shihab, ulama asal Arab, ditetapkan sebagai tersangka.

Ya, inilah orang-orang pendukung Anies. Mereka-mereka yang kehilangan junjungannya seperti FPI, mereka yang kehilangan pondasi seperti HTI, tentu bergerak bebas ke mana saja dan seolah-olah nothing to lose. Ini adalah keberpihakan. Kembali ke Sandiaga Uno, sudah terlalu bosan saya membahas ormas radikal ini.

Sandiaga meminta warga untuk tidak perlu ngadu ke Balai Kota jika permasalahan bisa diurus di kecamatan dan kelurahan setempat. Logika manusia tak berpengalaman ya tidak jauh-jauh dari “lari terhadap tanggung jawab”. Bukankah mereka yang datang ke Balai Kota, adalah orang-orang yang justru tidak mendapatkan jawaban dari kelurahan atau kecamatan setempat? Ternyata hobi Sandi bukan hanya berlari dari masalah, melainkan bermain pingpong. Rasanya keberpihakan yang dimaksud Anies, membuat logika menjadi logila.

Seharusnya Sandiaga bisa menjawab permasalahan-permasalahan yang diadukan warga, bukan hanya sekadar menampung, apalagi “mengusir” mereka dari Balai Kota dengan alasan bisa diurus ke kelurahan. Kalau kata saya, ini sih main pingpong. Para warga yang membayar pajak, di-pingpong oleh Sandiaga.

Bukankah justru keluhan warga ke Balai Kota sebagai langkah lanjutan ketika tidak diproses di kelurahan dan kecamatan warga? Lagi-lagi logika yang sangat logila ini merupakan cara pandang yang harus dibenahi. Saya cukup yakin bahwa Ahok sekarang sangat ngakak melihat aksi kedua orang ini. Satu orang saja bisa melampaui kinerja dua orang.

Jika kita ingin jujur sejujur-jujurnya, sebenarnya 58 persen warga Jakarta pun harusnya tahu dan saadr bahwa satu orang Ahok jauh lebih berpengaruh dan lebih paham Jakarta. Sayangnya, mereka lebih takut mendengar isu-isu dan produk politisasi rumah ibadat, ketimbang hasil kerja.

Lagi-lagi keberpihakan semacam ini harusnya diselesaikan, agar keberpihakan ini tidak membuat logika menjadi logila. By the way anyway bus way, apakah para pembaca Seword sudah tahu bahwa rencana KJP plus akan “dikaji ulang”? Menurut saya istilah “kaji ulang” bisa diubah menjadi “politisasi, uangisasi, bantahisasi, dan seterusnya dan seterusnya”.



Gila kan yang saya katakan?



0 Response to "Edisi Kangen Ahok, Sandi Sebut Warga Tidak Perlu “Ngadu” ke Balai Kota"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel