-->

Subscribe Us

Hai Kawan! Sudah Matikah Hati Nuranimu? Ulama Hingga Yesus Kau Hina





Media sosial seperti facebook, twitter, instagram, dan jenis media sosial lainnya menjadi seperti pisau bermata dua: bisa memberi dampak positif bagi penggunanya, bisa pula memberi dampak negatif. Tergantung bagaimana kita menggunakan media sosial tersebut. Tidak ada pendidikan khusus untuk bermedsos. Semuanya tergantung kedewasaan kita.

Ada banyak warganet yang justru menghasilkan uang lewat media sosial. Perkembangan teknologi dan informasi yang cukup pesat saat ini, mereka manfaatkan untuk mempromosikan serta menjual barang dagangan mereka. Media sosial yang tidak dibatasi ruang itu, menjadi nilai lebih ketimbang berdagang secara konvensional.


Tidak perlu harus saling mengenal. Tidak perlu harus bertatap muka. Cukup memainkan jemari tangan. Sembari ngopi misalnya, para warganet bisa mengunggah berbagai jenis barang dagangannya. Kecenderungan orang saat ini dengan gaya hidup yang serba mudah dan instan, menjadikan usaha bisnis online cukup digandrungi.

Bukan hanya untuk bisnis online saja, para politikus di negeri ini juga tidak ketinggalan untuk memanfaatkan kecanggihan teknologi tersebut. Jamak kita melihat, para elite partai mencitrakan dirinya lewat media sosial. Jumlah pengguna media sosial di Indonesia yang cukup banyak saat ini, menjadi daya tarik tersendiri bagi para politikus tersebut.

Media sosial adalah “pasar” yang cukup menjanjikan. Mereka yang berniat maju sebagai peserta pada Pileg dan Pilpres tahun 2019 nanti, benar-benar memanfaatkan media ini. Bahkan konon, Barrack Obama, mantan Presiden Amerika Serikat itu menjadikan media sosial sebagai media kampanye utamanya. Dan trik itu, terbukti ampuh.

Namun terlepas dari para netizen yang menjadikan media sosial sebagai sarana untuk menghasilkan uang dan mencitrakan diri, ada begitu banyak warganet yang terjebak. Mereka bukan justru menebar kebaikan dan kebajikan, namun media sosial dijadikan sebagai alat untuk menebar hoax, dan hate speech yang memecah persatuan bangsa.

Terlebih menjelang pelaksanaan Pilpres yang sudah di depan mata, media sosial dikotori dengan status dan cuitan yang menjelek-jelekkan, memfitnah, dan bahkan menghina capres yang tidak dia dukung. Media sosial sudah tidak ramah lagi, media sosial sudah tidak lagi bersahabat. Media sosial saat ini dipenuhi dengan kebencian dan cacian.

Ketika aksi teror bom di Surabaya misalnya, sebagian warganet bukan justru memanfaatkan media sosial sebagai tempat untuk menyampaikan rasa simpati dan turut berduka cita atas terjadinya aksi biadab itu. Media sosial tidak mereka manfaatkan sebagai tempat untuk sekedar memberikan dukungan moril kepada mereka yang sedang berduka.

Mereka justru memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan pikiran kotor mereka. Bukan malah mengutuk pelaku teror itu, mereka justru mendukungnya. Mereka menyebut bahwa aksi bom bunuh diri itu, dianggap sebagai pengalihan isu oleh pemerintah untuk menenggelamkangerakan #2019GantiPresiden yang ramai disuarakan belakangan ini.

Sadis bukan? Hari ini, saya menemukan lagi sebuah unggahan gambar yang menurut saya sebuah gambar yang sangat tidak bermoral dan beradab. Dia adalah Sucinawati yang mengunggah gambar tersebut. Gambar tersebut diberinya caption “Asyik para hewan-hewan liar. Mp, ini cuma bercanda kok wewew.”

Dan yang membuat saya begitu miris melihat status itu adalah, orang yang ada dalam gambar yang diunggahnya tersebut. Adalah foto Ketua Umum PB NU, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A. Dalam foto tersebut, Said Aqil Siradj dibuat telanjang dengan memakai peci hitam dan hanya memakai celan dalam, dengan dua orang laki-laki mengikutinya.


Dan di depannya, ada seekor anjing yang kepalanya dirantai. Namun, kepala anjing tersebut diganti dengan wajah Yesus Kristus yang berlumuran darah . Said Aqil Siradj dan Yesus dikondisikan seperti tawanan. Ada lima orang laki-laki yang mengarak keduanya. Dan salah satu di antara laki-laki tersebut, nampak seperti wajah Habib Rizieq Shihab.

Habib Rizieq Shihab nampak memakai topi dan kaus berwarna putih. Dia juga dibuat mengenakan jaket jeans dan celana jeans serta sepatu warna hitam. Lelaki yang menyerupai Rizieq itu nampak seperti bos bagi keempat pria yang mengawal kedua sosok yang mirip Said Aqil Siradj dan Yesus itu.

Hai, kawan! Hai, Sucinawati! Sungguh hatimu tidak mencerminkan hati seorang manusia. Hatimu tidak berbeda dengan hati binatang. Bahkan binatang sekalipun tidak akan melakukan hal jahat seperti itu. Said Aqil Siradj itu adalah seorang ulama besar NU. Sebagai seorang muslimah, sesungguhnya anda harus menghormatinya.

Saya yang bukan Muslim saja, sangat menghormati ulama yang sudah berumur 64 tahun itu. Ia adalah seorang tokoh teras NU yang keindonesiaannya tidak perlu diragukan lagi. Ia adalah seorang negarawan yang memiliki pengetahuan agama yang cukup mumpuni. Ia adalah seorang tokoh bangsa yang tidak ikut-ikutan memecah bangsa ini dengan dakwah-dakwah yang cukup provokatif.

Tentang Yesus, yang adalah Tuhan bagi kami umat Kristiani, saya no comment. Karena saya tahu, Yesus Kristus adalah Tuhan yang penuh kasih. Dia adalah Tuhan yang Maha Pengampun.

Salam NKRI! NKRI harga mati!



0 Response to "Hai Kawan! Sudah Matikah Hati Nuranimu? Ulama Hingga Yesus Kau Hina"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel