-->

Subscribe Us

Memalukan ! Media Prancis Bahas Foto Editan Erdogan Dukung Prabowo






Memalukan ! Adalah kata yang tepat untuk menggambarkan fenomena hoaks di negeri ini. Sampai-sampai media Prancis membahasnya. Hal ini terkait foto Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan yang diedit sedemikian rupa sehingga seakan-akan mendukung Paslon nomor urut 02, Prabowo-Sandi.

Di dalam foto yang sudah diedit, Erdogan nampak menggunakan kaos berkerah dan tertulis nomor 02. Yang lebih miris, tangan Erdogan nampak mengacungkan simbol atau lambang Paslon nomor urut 2 dengan caption bahwa “Prabowo Sandi Dinanti Dunia.”


Seperti dilansir detik.com, Media asal Prancis, Agence France-Presse (AFP), menelusuri kabar Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019. AFP membuktikan kabar yang tersebar via gambar di internet itu adalah salah.

Dilansir AFP Fact Check, Minggu (7/4/2019), judul laporan pengecekan fakta sudah sangat jelas, yakni, "Bukan. Gambar ini tidak menunjukkan pemimpin Turki Erdogan menyatakan dukungan untuk capres oposisi Indonesia di Pilpres."

Tulisan itu menimpa foto Erdogan yang sedang tersenyum sambil mengangkat tangan kanan, menunjukkan salam dua jari dengan telunjuk dan jempol terangkat, gestur khas pendukung Prabowo-Sandi di Pilpres 2019. Di sudut kanan ada tulisan Prabowo-Sandi, dan di sudut kiri ada tanda tangan dan nama terang Erdogan.

"Sebuah gambar telah dibagikan ribuan kali di Facebook dengan tujuan untuk menunjukkan dukungan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk capres Indonesia Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno," tulis AFP.

Hoaks atau hoax memang masif, tapi sebagian masyarakat kita belum mengerti apa yang dimaksud hoaks sesungguhnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘hoaks’ adalah ‘berita bohong.’ Dalam Oxford English dictionary, ‘hoax’ didefinisikan sebagai ‘malicious deception’ atau ‘kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat’. Sayangnya, banyak netizen yang sebenarnya mendefinisikan ‘hoax’ sebagai ‘berita yang tidak saya sukai’.

Apa itu hoax dan bagaimana agar kita tidak tertipu? Simak uraiannya di Sketsatorial Rappler Indonesia. ‘Hoax’ atau ‘fake news’ bukan sesuatu yang baru, dan sudah banyak beredar sejak Johannes Gutenberg menciptakan mesin cetak pada tahun 1439. Sebelum zaman internet, ‘hoax’ bahkan lebih berbahaya dari sekarang karena sulit untuk diverifikasi.

Nah, lalu bagaimana dengan foto editan Erdogan ? Kasus ini masuk ke dalam jenis “Hoax proper”. Hoaks proper adalah Hoaks dalam definisi termurninya adalah berita bohong yang dibuat secara sengaja. Pembuatnya tahu bahwa berita itu bohong dan bermaksud untuk menipu orang dengan beritanya.


Melihat fenomena seperti ini, agaknya sulit melepaskan jeratan hoax di bangsa ini. Para pelaku hoax tak segan-segan melakukan aksinya, meski apa yang mereka lakukan sesungguhnya adalah kebohongan. Bahkan kebohongan publik sifatnya, karena mereka juga turut menyebarluaskannya.

Semua ini tidak bisa terlepas dari pesatnya pertumbuhan media sosial di tanah air. Netizen Indonesia terkenal paling “berisik” saat menggunakan media sosial. Data terbaru yang dikeluarkan Hootsuite We Are Social pada akhir Januari 2018 lalu mengungkapkan, Indonesia berada di peringkat ketiga dunia yang mengalami kenaikan pertumbuhan media sosial. Adapun Jakarta dan Bekasi menjadi kota ketiga dan keempat peringkat dunia yang menggunakan media sosial Facebook (sindonews.com,25/03/2018).

Pertumbuhan media sosial yang pesat bisa dilihat dari dua sisi. Sisi pertama, positif dan menguntungkan, karena media sosial bisa menjadi lahan industri kreatif di tanah air. Melalui media sosial, pasar produk-produk lokal bisa mengglobal. Namun di sisi lain, media sosial juga ibarat pisau bermata dua. Maraknya hoax, yang bahkan bagi para pelakunya menjadi mata pencaharian baru adalah ekses negatif dari media sosial.

Sebaliknya, pesatnya pertumbuhan media sosial tidak dibarengi pertumbuhan melek literasi di tanah air. Menurut data statistik dari UNESCO, dari total 61 negara, Indonesia berada di peringkat 60 dengan tingkat literasi rendah. Peringkat 59 diisi oleh Thailand dan peringkat terakhir diisi oleh Botswana. Sedangkan Finlandia menduduki peringkat pertama dengan tingkat literasi yang tinggi, hampir mencapai 100% (cnnindonesia.com, 10/09/2017).



Hoaks adalah cara-cara kotor untuk memenangi kontestasi demokrasi. Perilaku semacam ini tidak bisa dibiarkan. Untung saja kita telah punya UU ITE. Beberapa pelaku hoaks sudah terjerat hukum, tapi sebagian besarnya belum terjerat hukum. Mereka seakan tak jera dengan perbuatannya. Sejatinya para pelaku hoaks adalah pembohong, yang membohongi tidak saja orang lain atau masyarakat, tapi juga membohongi dirinya sendiri. Tapi apakah mereka peduli ?



0 Response to " Memalukan ! Media Prancis Bahas Foto Editan Erdogan Dukung Prabowo"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel