Sri Mulyani Libas Tim Ekonomi Kampret Dari Segala Sisi
Cara paling ampuh membuang rasa malu akibat dipecat tak bisa menjalankan tugasnya dengan baik adalah dengan membual mengumbar omong besar dengan penuh percaya diri.
Mau isinya benar atau salah emangnya gue pikirin. Yang penting ngablak dulu dengan kekuatan penuh, demi menutupi “kemaluannya” gara-gara dianggap gagal menunaikan tanggung jawabnya di masa lalu.
Tong kosong nyaring bunyinya. Itulah sebuah kalimat yang sangat tepat untuk menggambarkan sosok Prabowo dan gerombolannya dalam ajang Pilpres 2019 ini.
Dalam kaitannya dengan pidato kampanye akbar Prabowo-Sandi di GBK yang berlangsung kemarin, Minggu, 7 April 2019, pembahasan akan saya khusukan pada sosok Prabowo dan Rizal Ramli.
Mereka ini sebetulnya memang para pakar. Prabowo adalah pakar di bidang militer. Jabatannya pun tak main-main. Prabowo tercatat sebagai Komandan Jenderal di korps Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) dan juga Panglima Komando Cadangan Strategis. Prabowo juga berprestasi sebagai salah satu komandan operasi termuda dalam sejarah Angkatan Darat, saat memimpin operasi Tim Nanggala di Timor Timur.
Rizal Ramli juga pakar matematika dan fisika. Sederet jabatan mentereng pernah disandangnya, antara lain sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia (2015), Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog), Menteri Koordinator bidang Perekonomian, serta Menteri Keuangan Indonesia di masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), serta Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia) tandingan (2013). Di tingkat internasional, Rizal Ramli juga pernah dipercaya sebagai anggota tim panel penasihat ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Keren-keren ya pencapaiannya. Sayangnya mereka justru tersesat dalam kepakaran mereka sendiri. Penyebabnya adalah kesombongan yang tak bisa mereka kendalikan dengan baik. Mereka merasa lebih sehingga tak bisa diatur dan memang tak mau diatur. Merasa lebih inilah yang membuat para pakar ini keblinger tak bisa menempatkan diri dengan baik, baik itu kepada atasan maupun kepada sesama rekan sekerja.
Fatal ya. Sepakar apapun kita, tanpa kemampuan membawa diri dan menguasai diri, semuanya akan sia-sia belaka. Ujung-ujungnya dipecat.
Akhirnya Prabowo memang dipecat dengan sederet alasan tragis yaitu mengabaikan sistem operasi, hierarki, dan disiplin di lingkungan militer. Prabowo juga dianggap tidak menjalankan etika profesionalisme dan tanggung jawab. Dewan Kehormatan juga menyebut Prabowo melakukan tindak pidana berupa ketidakpatuhan. Pidana lain yang dilakukan Prabowo adalah perintah merampas kemerdekaan orang lain dan penculikan.
Pemecatan Prabowo bisa kita baca selengkapnya dalam Surat bernomor KEP/03/VIII/1998/DKP yang menyingkap setidaknya delapan kesalahan Prabowo sebagai perwira yang berujung pada rekomendasi pemberhentian dari dinas keprajuritan.
Sementara itu Rizal Ramli juga sudah terkenal dengan sikapnya yang kritis. Rizal Ramli sering melontarkan kritik pedas terhadap sesuatu yang tidak sejalan dengan pemikirannya, dengan istilah kepret.
Kritik pedas sah-sah saja selama sifatnya membangun dan memberi masukan bagus untuk kepentingan bangsa. Sayangnya sikap kritis Si Raja Ngepret ini tidak diimbangi dengan sikap yang elegan. Rizal Ramli lupa bahwa yang namanya kritikan itu bisa diterima bisa juga tidak. Saat kritikannya tak diterima, Rizal Ramli jadi nyinyir sana sini merasa lebih dari yang lain termasuk pada atasannya sendiri.
Sikap semacam ini jelas merusak kekompakan barisan yang ada. Tak ada keadaan yang lebih fatal dari sikap seorang bawahan yang tak bisa tunduk pada atasannya. Inilah ketersesatan para pakar dari kubu kampret yang berbuah pemecatan. Dan sekarang, mereka-mereka inilah yang berusaha memecah belah kesatuan bangsa dan negaranya sendiri untuk memuaskan ambisi dan dendam pribadi mereka.
Demi itu semua, mereka rela menukar kepentingan bangsa dan negara untuk meraih kepentingan pribadi dan golongan. Golongan pecatan yang bersatu untuk melampiaskan dendam sakit hati masa lalu mereka.
Dendam sakit hati mereka bisa kita lihat bersama secara nyata dalam kampanye akbar Prabowo-Sandi yang berlangsung kemarin di GBK. Berikut ini saya sertakan videonya.
Mari perhatikan mulai menit ke 24.50. Tampak di situ Prabowo secara terang-terangan menghina Jokowi selaku pemimpin yang sah di negara ini. Sama sekali tak ada penghargaan pada seorang pemimpin negara yang sudah dan sedang berjuang banting tulang jatuh bangun membangun negara.
Dari sikap maupun tutur katanya, Prabowo tidak mampu menunjukkan kapasitasnya sebagai calon pemimpin yang bersahaja. Sikapnya merendahkan orang lain yang jauh lebih tinggi segalanya dari dirinya. Cuma orang tak tahu diri yang bisa melakukan hal seperti itu.
Tutur kata Prabowo juga tak sopan ciri khas preman yang arogan.
“5% Ndasmu (kepalamu),” kata Prabowo melampiaskan emosinya, menunjukkan isi hati dan otaknya yang jahat sejahat masa lalunya.
Lanjut mari kita perhatikan tayangan video di atas pada menit ke 26.31 sampai 28.48. Di situ Prabowo begitu memuji Rizal Ramli yang sama-sama punya masa lalu dipecat seperti dirinya.
“Saudara-saudara sekalian. Pakar saya beri tugas. Saya katakan rakyat sedang susah. Bagaimana? Bisa ngga kalian para pakar. Kau hitung bantu saya. Bagaimana caranya, begitu Insya Allah kita dapat mandat dari rakyat, kita bisa turunkan harga-harga semua. Saya punya pakar antara lain Pak Rizal Ramli. Dia ahli matematika dan fisika. Orang pinter. Hanya orang pinter bisa jadi ahli fisika. Otaknya harusnya dia jadi presiden. Hanya potongan baju menang saya. Betul. Tapi beliau hitung dengan tim pakar yang bekerja. Saya tanya bisa ngga turunkan harga listrik? Mereka hitung… hitung… hitung… hitung… Saya tanya. Berapa lama? 3 tahun? Ngga Pak. 2 tahun? Ngga Pak. 1 tahun? Saya kira minimal 1,5 tahun hitungan saya. Dia hitung…hitung…hitung… Dia mengatakan tidak Pak. 100 hari pertama. Saya bilang ke dia. Saya bilang ke dia. Eeeehhh…. Bung Rizal Ramli jangan ngarang kamu. Saya mau bicara di depan ratusan ribu rakyat Indonesia. Jangan sampe saya bohong. Jutaan. Jutaan. Beliau hitung tidak Pak. Tidak Pak. Ini hitungan Pak. Bisa kita turunkan Pak. Jadi, kenapa selama ini tinggi? Terjawab. Biasa Pak. Banyak yang minta setoran.”
Ngakak nggeblak guling-guling dengan kata-kata pidato Prabowo yang semacam itu. Terbukti dengan sendirinya. Seekor burung akan terbang bersama dengan burung yang sejenis. Prabowo dan Rizal Ramli ini adalah contoh burung pecatan yang akhirnya terbang bersama membentuk gerombolan pecatan sakit hati.
Siapapun bisa menurunkan harga listrik seperti yang disampaikan Rizal Ramli pada Prabowo. Yang jadi masalah adalah bisakah keseimbangan bangsa dan negara terus tercipta jika harga listrik diturunkan memakai hitungan sepihak ala Rizal Ramli tersebut?
Semoga para pembaca Seword bisa mengerti bahasa saya yang sangat terbatas ini. Saya, anda atau siapapun juga bisa membuat hitungan menurunkan tarif listrik. Efek dari penurunan itu akan menghantam dan membawa dampak apa saja dan ke mana saja, apakah juga sudah dihitung dan disampaikan Rizal Ramli pada Prabowo?
Jujur saya tak yakin dengan itu semua. Kalau sudah begini siapa yang doyan terima laporan ABS (Asal Bapak Senang)??? 100 hari pertama kata Rizal Ramli. 100 hari pertama Ndasmu plus Lambemu!!! Itu baru benar.
Cara kerja dengan memperhatikan keseimbangan inilah yang tidak dipunyai Rizal Ramli sehingga menyebabkan dirinya dipecat oleh atasan sama seperti Prabowo.
Keadaan justru berbanding terbalik dengan cara kerja yang ditunjukkan Menkeu RI, Sri Mulyani Indrawati yang berhasil meraih predikat Menteri Keuangan Terbaik se-Asia Pasifik 2019, sekaligus gelar Menteri Keuangan Terbaik se-Asia Pasifik 3 tahun berturut-turut mulai dari tahun 2017, yang disematkan oleh majalah keuangan Finance Asia.
Hanya melihat fotonya saja sudah terasa begitu membanggakan. Tampak Sri Mulyani Indrawati sebagai satu-satunya menteri keuangan perempuan mengalahkan kaum Adam se-Asia Pasifik dalam hal pengelolaan keuangan negara. Bu Sri Mulyani terlihat sangat cantik mempesona sebagai satu-satunya perempuan di antara menteri keuangan pria di Asia Pasifik.
Gelar yang sangat membanggakan ini diberikan pada Sri Mulyani karena jasanya bisa menjaga keseimbangan keuangan di Indonesia, yang pasti mendatangkan dampak positif bagi keadaan Indoensia secara keseluruhan.
Bu Sri bisa mengkolaborasikan dengan baik antara pemasukan, pengeluaran, pengembalian investasi, pengendalian harga, perhitungan hutang negara beserta pembayaran hutangnya dan pernak-pernik keuangan lainnya, hingga terciptalah yang namanya keseimbangan keuangan di Indonesia yang diakui dunia.
Fakta inilah yang sedang disangkali dengan sekuat tenaga oleh gerombolan kampret pecatan yang terus membiarkan dirinya hidup dalam rasa dendam dan sakit hati yang tak berujung. Benar-benar sifat yang sangat mengerikan.
Antara Sri Mulyani dan Rizal Ramli, manakah yang kita percayai??? Cuma orang sakit hati yang percaya pada Rizal Ramli. 100 hari pertama Ndasmu ya Pak. Wekekekeke…..
Di sisi lain, sifat Bu Sri justru adem seadem wajahnya. Saat Bu Sri menjabat sebagai Menteri Keuangan di Kabinet Indonesia Bersatu jaman Presiden SBY, Bu Sri justru mengambil langkah mengundurkan diri saat ada sesuatu yang tidak sejalan dengan hati nuraninya.
Tak ada pemberontakan dalam dirinya. Tak ada sumpah serapah keluar dari mulutnya. Tak ada kata-kata nyinyir koar-koar ngablak sana sini untuk membuktikan kepintarannya. Bu Sri justru menelan semua pil pahit yang diberikan bangsa ini sebagai balasan atas semua kerja kerasnya menstabilkan neraca keuangan Indonesia. Bu Sri ikhlas pengabdiannya tak diterima di negaranya sendiri.
Perempuan cerdas ini akhirnya memilih menyingkir ke luar negeri, menerima pinangan Bank Dunia.
Saya tak mengenal Bu Sri. Tapi dari sikap yang semcam ini saya sudah bisa menebak bahwa dalam kesehariannya Bu Sri adalah istri yang menghargai suaminya. Bu Sri juga pasti anak yang sangat menghormati orang tuanya.
Seperti itu jugalah penghargaan dan penghormatan yang Bu Sri tunjukkan pada Presiden Jokowi, pimpinan sekaligus orang tuanya dalam Kabinet Kerja. Setulus itu jugalah rasa cinta Bu Sri pada tanah airnya, Indonesia.
Sebagai penutup akhirnya sayapun bisa mengambil kesimpulan. “Menjadi orang penting itu baik. Tapi menjadi orang baik jauh lebih penting.” Kalimat ini bisa saya lihat secara nyata ada dalam diri Bu Sri yang tak punya ambisi dan kepentingan apapun selain melayani Ibu Pertiwi.
Terima kasih banyak Bu Sri Mulyani. Teladanmu sungguh sangat memberkati hidupku. Tuhan memberkatimu Ibu. Tuhan memberkati Indonesia lewat keberadaanmu. Amin #JokowiLagi
0 Response to "Sri Mulyani Libas Tim Ekonomi Kampret Dari Segala Sisi"
Post a Comment