-->

Subscribe Us

Sandiga Tak Berkutik Diskak Mat Jokowi Soal Nama Ibu-Ibu





Bagi yang tidak mengikuti debat ke-5 tadi malam, ada satu sesi dimana Jokowi dengan keras meng-skakmat Sandiaga. Skakmat Jokowi itu bagai pedang terhunus, menancap di ulu hati Sandiaga. Sandiaga akhirnya mati kutu, tak berkutik. Tak tanggung-tanggung, Sandiaga minta maaf kepada Jokowi. Apa sesi yang begitu menarik itu?

Diawali oleh pernyataan dari Sandiaga soal barang-barang pokok yang mahal. Sandiaga dari berbagai kunjungannya selalu tanya soal harga barang-barang. Dan semua jawaban ibu-ibu mengatakan harga-harga naik.


Dalam pemaparannya, Sandiaga bercerita soal Ibu Mia yang mengeluhkan tagihan listriknya keluarganya saat ini tembus Rp 1 juta. Sebelumnya, Sandiaga juga bercerita soal kisah sedih Ibu Nurjanah. Saat Sandi menemui Nurjanah, pedagang itu mengeluhkan pasar-pasar tradisional yang makin sepi. Lalu apa jawaban Jokowi?

Jokowi yang sudah muak melihat tingkah Sandiaga setiap debat selalu menyebut nama Ibu-ibu, menunggu moment yang tepat. Rasa muak Jokowi semakin diubun-ubun akhirnya mendapat moment ketika Sandiaga menyebut nama Ibu Mia.

Bagaikan bom meledak, meletuslah jawaban Jokowi. Jawaban Jokowi ini langsung menghancur-leburkan framing Sandiaga tentang ibu-ibu selama ini. Berikut jawaban telak Jokowi.

“Tidak bisa seperti Bapak bilang ibu ini, ibu ini. Ini ekonomi makro, tidak bisa orang per-orang jadi patokan,” kata Jokowi.

“Ekonomi Makro harus dibahas secara komprehensif. Tidak bisa diselesaikan secara cepat seperti membalik telapak tangan” lanjut Jokowi.

“Ekonomi negara ini harus kita mengerti dari sisi supply-demand, itu harus pakai angka dari data dan survei. Tidak mungkin melakukan kebijakan berdasarkan satu, dua atau tiga orang yang menyampaikan keluhan”, tegas Jokowi.

Mendengar jawaban Jokowi, telihat mata wajah Sandiaga pucat. Jawaban Jokowi itu berkelas. Jokowi seolah-olah mengajarkan kepada Sandiaga bagaimana mengelola sebuah negara. Jelas berbeda dengan mengelola kampung atau perusahaan.

Merasa tak punya jawaban balik untuk menangkis serangan Jokowi itu, Sandiaga terpaksa meminta maaf sambil memelas.

“Saya mungkin memohon maaf kepada Pak Jokowi karena nama-nama Ibu Mia, Nurjanah adalah tokoh-tokoh yang saya temui di 1.550 kunjungan”, ujar Sandi memelas.

Dari delapan bulan berkampanye, Sandiaga memang selalu menyebut contoh-contoh kasus yang dicomot sana-sani. Tak jarang, nama-nama yang Sandiaga sebut adalah settingan atau sandiwara.

Pada debat Pilpres ketiga misalnya, Sandiaga menyebut nama seorang wanita bernama Ibu Lis (Niswati) dari Sragen yang biaya kesehatannya tidak dibayar oleh pihak BPJS. Saking keponya siapa sih sosok ibu Lis yang seringkali disebut Sandi di debat itu, ada seorang netizen yang membongkarnya.


Tanpa diketahui benar atau tidaknya, netizen berhasil mengungkap pemilik akun yang ngaku sebagai Bu Lis. Ternyata ibu ini adalah seorang dosen di salah satu kampus swasta di Indonesia. Salah satu netizen, @cantona_herry mengungkap kalau pemilik akun tersebut nama sebenarnya adalah Dr. Ega Hegarini.

Ibu Ega ini ternyata seorang pengajar di Universitas Gunadarma Depok. Sontak akun Bu Lis palsu itu jadi bulan-bulanan warga dunia maya. Akhirnya banyak meme-meme Bu Lis yang bertebaran usai debat ketiga tersebut.

Belakangan kasus Ibu Lis dari Sragen itu setelah dicek data dan berkoordinasi dengan peserta maupun pihak rumah sakit, hasilnya Ibu Lis mendapatkan haknya sebagai perserta Jaminan Kesehatan Nasional-kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Ketika kedoknya terbongkar, kata sandiwara dilabeli kepada Sandiaga.

Kata Sandiwara Sandiaga itu terus mendapat pembenarannya ketika ada satu kasus yang heboh dan disorot warganet. Saat Sandiaga berkampanye di Sumedang, Jawa Barat beberapa waktu lalu, ada seorang ibu menangis-nangis mengejar mobil Sandiaga Uno. Aksi wanita itu tertangkap kamera dan kadung viral di media sosial.

Warganet menduga aksi histeris tersebut merupaka skenario belaka, karena setelah ditelusuri mendalam justru ada dugaan bahwa wanta tersebut merupakan calon legislatif dari Partai Amanat Nasional (PAN).

Sandiaga yang kerap menyebut nama dalam setiap kampanyenya bisa dilihat dalam beberapa contoh lain. Misalnya soal petani bawang di Brebes, korban banjir di Makassar, tempe setipis ATM, belanja dengan Rp 100.000 hanya bisa beli bawang dan cabai dan makanan Indonesia lebih mahal dari Singapura.

Tak heran kalau Sandiga mendapat julukan baru Sandiawara Uno. Julukan sandiwara ini kemudian berhasil memancing amarah Ibu Sandiaga, Ibu Mien Uno. Ibu ini marah dan menantang orang yang menyebut ‘Sandiwara Uno’ minta maaf. Bukanya netizen takut, malah netizen bertambah semangat dan terus menyerang Sandiaga sebagai anak mami.

Pada debat ke-5, akhirnya Sandiaga yang diduga bersandiwara sebelumnya dihantam keras Jokowi. Jokowi mengajari Sandiaga bahwa kasus satu, dua dan tiga orang yang mengeluh, tidak bisa dijadikan sebagai dasar untuk melakukan sebuah kebijakan.

Dan itu memang benar. Ini negara yang ekonominya harus dikelola secara makro. Artinya tidak bisa satu kasus, seperti Ibu Mia yang pengeluaran listriknya Rp 1 juta, lalu subsidi listrik kembali diberikan. Jelas tidak bisa. Atau dagangan Ibu Nurjanah sepi di pasar tradisional, lalu toko online diberangus agar pasar tradisional kembali bergairah. Butuh data dan survei komprehensif untuk menelurkan sebuah kebijakan.



“Tidak bisa, tidak bisa, tidak bisa. Ini ekonomi makro dan bukan ekonomi mikro”, kata Jokowi kepada Sandiaga. Sandiagapun mati kutu, tak berkutik, kena batunya, lalu minta maaf.



0 Response to "Sandiga Tak Berkutik Diskak Mat Jokowi Soal Nama Ibu-Ibu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel