-->

Subscribe Us

JK: Yang Kalah Etisnya Hampiri Yang Menang, Capresnya Aja Gak Mau Ngaku Dan Mewek


Hasil pilpres sudah diketahui saat KPU mengumumkan hasil rekapitulasi nasional dini hati tadi. Hasilnya mirip dengan hasil quick count dan memenangkan paslon 01. Harusnya hari ini sudah selesai dan semuanya kembali normal, bersatu dan move on melanjutkan hidup dan mencari sesuap nasi.

Tapi karena ulah satu capres yang sangat rewel dan tidak mau menerima kekalahan, semuanya menjadi sedikit lebih ribet. Kalah tapi mengaku menang dengan dalih kecurangan yang sampai saat ini pun kita tidak tahu apa persisnya. Kecurangan yang terus dihembuskan dan disiram bensin agar terjaga kadar kepanasannya.

Harusnya dengan pengumuman dari KPU, semuanya sudah berakhir, capres sebelah mengakui kekalahan dan mengakhiri semuanya. Tapi kayaknya dia akan terus gas hingga titik darah penghabisan. Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Tahun 2024 sudah bukan masanya lagi. Semua peluang sudah tertutup kecuali sekarang. Makanya kita paham kubu sebelah makin menggila dan ugal-ugalan.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan semestinya pihak yang kalah menghampiri dan mengucapkan selamat kepada pemenang Pilpres. "Etisnya selalu yang kalah menghampiri. Menelepon yang menang. Saya dulu waktu kalah dengan Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), saya langsung telepon Pak SBY dan mengucapkan selamat dan saya menerima itu," kata JK.

JK mengatakan hasil Pemilu 2019 harus diterima oleh semua pihak karena sudah melalui tahapan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dia menambahkan semua pihak harus menerimanya dengan jiwa besar. "Ya. Harus berjiwa besar. Kan cuma dua kan. Kemenangan dan kalah. Tidak ada yang seri," lanjut dia.

Kalau bicara masalah etis sih, mereka tidak punya itu lagi. Bahkan rasanya harga diri dan rasa malu pun sudah tidak ada lagi. Dari awal semuanya sudah terlihat jelas, dia tidak mau mengakui kekalahan bahkan membuat suasana runyam dengan mengakui kemenangan dengan dalih kecurangan yang terstruktur, sistematis dan masif.

Etiskah mengaku menang di saat hasil resmi belum diumumkan? Bukankah itu memperkeruh suasana? Dan efeknya seruan people power menggema dan sekarang sudah ada pendemo yang unjuk rasa. Ini bukan etis, tapi ugal-ugalan.

Lagi pula kalau mau curang pun, kecurangan seperti apa yang bisa sampai selisih 11 persen atau 15 juta suara? 15 juta suara itu sangat masif berkali lipat. Sedangkan bukti yang dimaksud kubu sebelah saja tidak jelas. Bahkan Bawaslu sudah mementahkan bukti yang salah satunya adalah klipingan berita media. Tak memenuhi syarat.

Rasanya yang kalah ini tidak akan mungkin melakukannya. Kalah saja dibilang dicurangi, gimana mau menyambangi yang menang? Gara-gara menggila dengan mengaku menang, konferensi pers, sujud syukur, real count internal yang 62 persen menjadi 54 persen, teknologi real count canggih dengan sistem SMS, war room yang dijaga ketat dan sangat dirahasiakan, gengsi makin tidak terkendali.

Gengsi tinggi, gimana rasanya mengakui kalah dan memberi selamat kepada yang menang? Awalnya saja sudah jelas, tidak mau menerima hasil rekapitulasi dari KPU dan akan menggugat ke MK.

Padahal kalau dipikir-pikir capres yang menang sudah mengalah dengan mengirim Luhut dan bahkan berencana menemui yang kalah dan rekonsiliasi, tapi ini aneh. Yang menang harus mengalah pada yang kalah karena ngambeknya keterlaluan.

Kalau memang nasionalis, patriotik, dan lebih TNI dari TNI, mengaku sajalah dan redam pendukung stres yang sedang berdemo itu. Demo sebesar apa pun takkan mengubah kenyataan. Kecuali itu cuma omongan buat casing doang.

Ahok kalah di quick count langsung adakan konferensi pers dan mengakui kekalaham meski dia bisa saja kesal karena diserang dengan isu agama dalam pilkada. Tak ada tuh merengek, mengaku menang tapi dicurangi, sujud syukur bahkan ajak orang melakukan people power. Capres paling memalukan dalam sejarah politik di tanah air.

Susah kalo lawan orang yang tidak siap kalah, tidak ada istilah etis buat mereka, karena kata-kata yang mereka tahu cuma "menang" apa pun yang terjadi. Kalah berarti curang. Kalah harus dilawan. Kalah harus dimaknai sebagai dicurangi secara masif.

Kepada kubu sebelah, rasanya percuma bicara soal etika.

Bagaimana menurut Anda?



0 Response to "JK: Yang Kalah Etisnya Hampiri Yang Menang, Capresnya Aja Gak Mau Ngaku Dan Mewek"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel