-->

Subscribe Us

SBY Dihina dan Dicaci Maki oleh Arief Puoyono, Andi Arief Balas Dendam





Berdasarkan hasil hitung suara Pilpres 2019 tingkat nasional, per 18 Mei 2019, progres 88,018 persen, diketahui pasangan Jokowi-Ma’ruf masih unggul dibandingkan Prabowo-Sandi.

Perolehan suara paslon 01 tersebut yakni 75.303.517 suara atau 55,84 persen. Sedangkan perlehan suara paslon 02, 59.553.974 suara atau 44,16 persen.


Artinya, terdapan selisih perolehan suara yang cukup signifikan diantara keduanya, yakni 15.749.543 suara atau 11,68 persen.

Dengan perolehan suara seperti itu, dan progres-nya tinggal 11,1 persen lagi, sulit bagi Prabowo-Sandi untuk mengungguli pasangan Jokowi-Ma’ruf.

Jika Prabowo memiliki jiwa ksatria seperti Ahok, tentunya dia sudah mengucapkan selamat atas terpilihnya Jokowi-Ma’ruf sebagai presiden dan wakil presiden RI periode 2019-2024 dan mengakui kekalahannya di Pilpres kali ini.

Tapi capres nomor urut 02 tersebut ternyata setipe dengan anak-anak yang kalah main game, tapi tidak mau mengakui kekalahannya, dan menuding yang tidak-tidak terhadap lawannya yang menang.

Segala cara dilakukan oleh capres sebelah beserta timsesny agar perolehan suara Prabowo lebih unggul dari Jokowi.

Pertama, mengklaim kemenangan 62 persen. Sujud syukur. Kemudian mengklaim kemenangan lagi, 52 persen. Terakhir menjadi 54,24 persen.

Kok kayak belanja di matahari saja, diskonnya bisa berubah-ubah setiap waktu? Kwkwkkw

Kedua, menuding telah terjadi kecurangan secara terstruktur, sistematis, masif dan brutal pada Pemilu kali ini.

Prabowo bahkan mengundang media asing untuk menyampaikan tudingannya tersebut.

Di hadapan para awak media bule itu, ia curhat dan mengatakan tidak menerima hasil Pilpres kali ini dengan alasan begitu banyak pelanggaran.

Selanjutnya, Gerindra juga turut menyalahkan Partai Demokrat atas kekalahan Prabowo. Kwkwkwk

Padahal Partai Demokrat merupakan salah satu Parpol pengusung pasangan capres/cawapres 02 tersebut. Dan memiliki kader yang loyalitas serta kesetiaannya tidak bisa diraguan lagi kepada Prabowo, yakni si ‘semvak merah’ Ferdinand Hutahean dan Jansen Sitindaon.

Bagaimana tidak, karena begitu fokusnya kedua anak buah SBY itu memenangkan Prabowo-Sandi, sampai-samai mereka lupa kalau mareka adalah caleg dan mengkampanyekan diri sendiri.

Akibatnya pun fatal. Baik Ferdinand maupun Jansen tidak lolos ke senayan.

Suatu pengorbanan yang luar biasa besarnya.

Tapi, apa balasan Gerindra terhadap Partai Demokrat itu?

Persis seperti peribahasa ‘air susu dibalas air tuba’.

Waketum Gerindra, Arief Puoyono justru mengusir Partai Demokrat dari koalisi dan menghina Ketua Umum-nya.

SBY, ia sebut seperti Undur-undur dan mencle-mencle.

“Demokrat sebaiknya keluar saja dari Koalisi Adil Makmur. Jangan elitnya dan Ketum (SBY) kayak serangga undur-undur ya, mau mundur dari koalisi saja pakai mencla-mencle segala,” ujar Puoyono, (10/05).

Seperti tanpa punya perasaan, Puoyono pun menyebut bahwa Partai Demokrat diajak bergabung ke koalisi karena faktor rasa iba saja.

Karena, jika tidak ada koalisi yang mau menerima partai berlambang bintang Mercy itu, maka pada Pemilu 2024, Partai Demokrat terancam tidak bisa jadi peserta Pemilu.

Puoyono juga menuding Partai Demokrat tidak memberi manfaat apa-apa bagi perolehan suara Prabowo-Sandi. Karena, meskipun ada partai yang didirikan oleh SBY itu, di koalisi, Prabowo-Sandi tetap saja kalah.

Bahkan menurut Waketum Gerindra tersebut, keberadaan Partai Demokrat di koalisi, justru menggerus perolehan suara paslon 02. Hahaha

Sebenarnya, kalau Partai Demokrat masih punya harga diri, setelah diusir dari Parpol pendukung Prabowo-Sandi, tentu ia akan segera cabut dari koalisi itu.


Lagian pula Prabowo sudah kalah.

Jadi meskipun tetap bergabung dengan koalisi pengusung capres kalah, tetap tidak ada manfaatnya juga.

Namun, hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari Partai Demokrat akan mundur dari Koalisi Indonesia Adil dan Makmur.

Kadernya justru terlihat asik menyerang Gerindra.

Jadilah sesama Parpol saling serang dalam satu gerbong. Kwkwkwk

Pertama, Kepala Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat, Ferdinand Hutahean menyebut Puoyono yang telah mengusir partainya tersebut tidak punya etika dalam berkomunikasi antar partai.

Ia juga menuding, tindakan pengusiran secara sepihak itu, semakin membuat nama partai (Gerindra & Demokrat) dan koalisi memburuk.

Untuk itu si ‘semvak merah’ meminta kepada Prabowo agar segera memecat si Puoyono itu.

Selanjutnya, serangan ke Gerindra juga dilakukan oleh Wasekjen Partai Demokrat, Andi Arief.

Pertanyaannya, apa saja hantaman yang diarahkan oleh mantan pecandu Narkoba itu ke Parpol yang didirikan oleh Prabowo?

Monggo dilihat.





Sedekar mengingatkan, untuk selalu introspeksi diri.

Bahwa apapun yang terjadi terhadap hidup ini, termasuk juga kekalahan, kitalah yang bertanggung jawab.

Jangan sesekali menyalahkan pihak lain. Apa lagi Partai Demokrat.



Sambungan tweet sebelumnya.

Partai Demokrat memang saat ini sedang dirundung duka. Satu-persatu kadernya dijebloskan ke penjara, karena terjerat kasus korupsi.

Dan perlahan tapi pasti, perolehan suaranya pada Pemilu pun terus menurun.

Selanjutnya, istri Ketua Umum-nya, Ibu Ani Yudhoyono sedang dirawat di rumah sakit di Singapura.

Tapi, meskipun saat ini mereka sedang di bawah, dan mungkin tidak dibutuhkan oleh BPN Prabowo-Sandi. Semut pun kan marah kalau disakiti.



0 Response to "SBY Dihina dan Dicaci Maki oleh Arief Puoyono, Andi Arief Balas Dendam"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel