-->

Subscribe Us

Telak! Habibie Sindir Prabowo Pemberontak yang hanya Manfaatkan Tuhan demi Kepentingan Pribadi





Berbeda bobotnya ketika sekelas Habibie pun turut buka suara tentang kebobrokan Prabowo beserta pendukungnya.

Seperti diketahui, Profesor Habibie jelas seorang negarawan yang tidak haus kekuasaan.


Bahkan beliau yang justru menetapkan cikal-bakal masa jabatan presiden dibatasi hanya selama 2 periode.

Beliau paham, bahwa kekuasaan yang terlalu lama berpotensi menimbulkan ‘lingkar kekuasaan’ di sekeliling seorang prsiden yang amat buruk bagi demokrasi serta rentan dengan penyalahgunaan kekuasaan oleh kerabat yang berkuasa.

Maka sindiran Presiden ke-3 RI tersebut terasa amat telak mempreteli kebusukan yang dimiliki oleh Prabowo beserta pendukungnya, sejak dalam niat dan pikiran.

Sindiran tersebut juga benar-benar menunjukkan, betapa memang amat tak berbobotnya cara-cara yang dilakukan Prabowo beserta kubunya tersebut, yang dinilai memang sengaja berniat untuk mengacaukan iklim demokrasi di negeri ini.

Dilansir dari REPUBLIKA, Presiden ke-3 Republik Indonesia Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie meminta semua pihak menunggu keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mengetahui pemenang pilpres 2019.

Pada acara buka bersama Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Jakarta, beliau menceritakan bahwa pihak luar kerap bertanya pada dirinya tentang pemenang Pilpres 2019.

"Saya kemarin terima duta besar dari United Arab Emirates, pertanyaan pertama adalah, Pak, siapa yang menang, nomor 1 atau nomor 2," kata Habibie.

Beliau menyesalkan banyaknya pihak yang kebingungan akibat adanya saling klaim bahwa pasangan calon presiden dan calon wakil presiden tertentu telah memenangi Pilpres 2019.

Habibie mengkhawatirkan bahwa pihak yang kalah nantinya akan melakukan perlawanan dengan cara yang tidak sesuai dengan peraturan hukum berlaku.

"Itu yang kalah, tidak terima, dia berontak," katanya.

Beliau meminta pula agar semua pihak mengikuti mekanisme yang berlaku jika merasa dirugikan dalam pelaksanaan Pemilu 2019.

Menristek era kepemimpinan Soeharto ini menambahkan bahwa mekanisme penyelesaian sengketa pemilu tersebut sudah ditetapkan dalam undang-undang.

Bagi pihak-pihak yang tidak puas dengan aturan tersebut dapat mengajukan usulan perubahan undang-undang sesuai dengan prosedur yang berlaku.

"Kita ada mekanismenya, kalau Anda mau mengubah mekanismenya silakan ubah, tapi ada peraturannya cara mengubah," ujar beliau.

Tak hanya itu, bahkan beliau juga meminta agar semua pihak tidak dengan mudah membawa nama Tuhan demi kepentingan kelompoknya.

"Tidak ada segelintir memperjuangkan memanfaatkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT untuk memperjuangkan kepentingan dirinya atau grupnya," kata beliau.

Beliau berharap setelah KPU mengumumkan hasil Pemilu 2019 pada 22 Mei nanti, masyarakat dapat kembali bekerja untuk kemajuan bangsa dengan memberikan karya-karya nyata.


Seperti diketahui bersama, usai pemungutan suara pada 17 April 2019, hasil hitung cepat atau quick count semua lembaga survei memenangkan Jokowi-Ma'ruf.

Tapi anehnya, Prabowo justru bersikap lain.

Baik Prabowo maupun seluruh pendukungnya tidak mempercayai hasil quick count, dan menyebut mereka telah merekayasa hasil demi menciptakan opini bahwa kubu petahanalah yang memenangkan kontestasi.

Yang lebih konyol lagi, Prabowo malah lantas tampil ke publik dan dengan percaya diri menyatakan telah memenangkan pilpres dengan perolehan suara sebesar 62 persen lengkap dengan sujud syukur atas kemenangan tersebut meski sumber data prosentase kemenangannya tersebut disebut-sebut berasal dari ‘bisikan setan belang’ yang amat tahayul pertanggungjawaban kebenarannya.

Pada akhirnya memang terbukti bahwa berdasarkan hasil real count dari KPU, melalui sistem penghitungan yang ditampilkan di website resmi lembaga tersebut, menunjukkan situasi yang serupa dengan quick count lembaga survei. Jokowi-Ma'ruf tetap dalam posisi unggul dari Prabowo-Sandi.

Dan bukannya insyaf, Prabowo beserta kubu pendukungnya justru malah semakin menjadi-jadi.

Sejumlah dugaan kecurangan kemudian sengaja dimunculkan serta dihembus-hembus secara amat masif serta provokatif, sambil tak lupa tentu saja terus berusaha menempelkan aura-aura yang bersifat keagamaan.

Padahal, seperti mengutip ucapan Habibie, semuanya sederhana saja:

Jika memang merasa dirugikan dalam pelaksanaan Pemilu 2019, sila ikuti mekanisme yang berlaku, karena mekanisme penyelesaian sengketa pemilu tersebut memang sudah ditetapkan dalam undang-undang.

Apa fungsinya deretan pakar yang diagung-agungkan dimiliki oleh Prabowo?

Apakah mereka semua tidak paham mengenai hal itu?

Apakah para pakar yang katanya diklaim hebat dengan amat jumawa oleh Prabowo tersebut tidak paham, bahwa meskipun misalnya merasa tidak puas dengan aturan tersebut, tetap dapat mengajukan usulan perubahan undang-undang, namun tetap wajib sesuai dengan prosedur yang berlaku?

Jika memang jawabannya adalah tidak paham, sebaiknya dibubarkan saja, karena memang amat tak becus serta begitu memalukan.

Jika memang jawabannya paham, semakin jelas sudah kebusukan Prabowo beserta kubu pendukungnya, yang memang berniat untuk sengaja melanggar aturan secara amat ugal-ugalan, tanpa peduli segala macam aturan serta sistem bernegara yang berlaku di negeri ini.

Bersyukurnya, Pemilu 2019 ini kembali dimenangkan oleh Jokowi.

Tak bisa dibayangkan akan seperti apa negeri ini ke depannya, bila yang terjadi justru adalah sebaliknya.


0 Response to "Telak! Habibie Sindir Prabowo Pemberontak yang hanya Manfaatkan Tuhan demi Kepentingan Pribadi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel