-->

Subscribe Us

Balasan Balik Risma Soal Membantu Masalah Sampah DKI Jakarta




Permasalahan sampah di DKI Jakarta memang sudah terjadi dari dulu, menahun, dan masih belum terselesaikan dengan baik hingga kini. Tapi di era Anies inilah, masalah ini diblow up secara besar-besaran, karena penanganannya yang dinilai kurang baik dan tidak cekatan. Baru kali ini kita melihat Pemprov DKI dan Anies menjadi bulan-bulanan publik.

Semuanya berawal dari kedatangan rombongan DPRD DKI Jakarta ke Surabaya. Walikota Surabaya ikut kena imbas dan dibanding-bandingkan. Tidak salah juga sih, karena wajar saja, ini adalah bentuk kekecewaan terhadap gubernur ibukota yang semakin terlihat tidak bisa bekerja dengan benar.


Mungkin karena merasa terbully atau disindir hingga dalam batas yang tidak tertahankan, salah satu anggota TGUPP mencuitkan kalimat yang membuat Pemkot Surabaya bereaksi keras.

Walikota Surabaya Risma akhirnya angkat bicara terkait dirinya diminta membantu permasalahan sampah di DKI Jakarta. Dia mengaku siap membantu daerah mana pun. "Aku itu bantu banyak sekali daerah-daerah. Memang kan nggak semua yang bisa ketemu aku. Tapi kemarin ada 23 anggota DPRD Jakarta, kalau aku nggak ketemu kan kebangetan. Kemudian aku juga ada waktu," katanya.

Ada hal menarik dari perkataan Risma yang harus disadari Anies dan Jakarta.

Menurut Risma, keberhasilannya mengelola sampah tidak ditentukan besar kecil anggaran yang tersedia, melainkan bagaimana cara penyelesaiannya. "Tergantung cara memanage (Anggaran) jadi yang punya duit besar ya bisa diselesaikan lebih cepat lebih baik. Karena Surabaya tidak punya duit jadi saya harus punya cara untuk menyelesaikan, tapi caranya ya yang agak tradisional. Tapi kan yang penting dapat terkelola. Ya kalau aku punya uang ya aku bisa berbuat lebih baik lagi," kata Risma.

Ini adalah tamparan telak buat Pemprov DKI Jakarta. Perbedaan anggaran yang sangat besar menjadi bahan kritikan. DKI Jakarta dengan APBD yang fantastis tentu memiliki anggaran yang paling besar dibanding daerah mana pun. Akan tetapi Surabaya yang anggarannya lebih kecil mampu mengalahkan hasil yang didapat dari ibukota. Ini benar-benar tidak lucu.

Penghasilan yang dimiliki tidak ditentukan dari seberapa besar, tapi bagaimana kita bisa mengelolanya dengan lebih baik. Percuma gaji besar tapi tidak punya kemampuan money management yang baik misalnya karena perilaku boros dan konsumtif, apalagi utang kartu kredit asal-asalan, habis bulan habis gaji, tak ada sisa uang buat ditabung, apa gunanya? Gaji yang lebih kecil kalau dihemat dan dicukupkan, pasti akan cukup. Kira-kira gitulah analoginya.

Dan apa yang terjadi di Jakarta saat ini, sangat memalukan, memang pantas dikritik. APBD termasuk paling besar tapi kondisi ibukota sekarang ini sangat beda jauh dengan era gubernur sebelumnya. (Awas, sisa-sisa kampret tak berdaya pasti akan mengejek Ahokers masih belum bisa move on).


Saat ditanya apakah dirinya siap jika diminta ke Jakarta, Risma enggan menjawab karena nanti dikira sok jagoan lagi. "Siap-siap, engko aku dikiro sok maneh (Nanti saya dikira sok lagi)," katanya.

Benar sekali, yang di Jakarta itu memang agak sedikit keras kepala. Mungkin ada baiknya Bu Risma fokus total urus Surabaya, benahi apa yang perlu diperbaiki dan atasi masalah yang masih tersisa. Lihat saja gubernur sebelumnya yang sangat tidak dihargai, seolah kontribusi besarnya tidak pernah ada. Yang bagus dibuang, yang hancur malah dibanggakan. Biarkan saya pemimpin di sana pusing tujuh keliling dilibas publik karena kinerja yang tak becus.

Orang yang gengsi belajar dari yang lebih baik, takkan bisa membuat daerahnya maju. Pikirannya selalu negatif, mungkin mereka pikir ini memalukan belajar dari walikota, wanita pula. Apa kata dunia? Apa kata bumi datar? Padahal kalau positifnya diambil, akan ada perubahan dari dulu. Mereka mungkin merasa jadi yang terbaik, tidak perlu belajar dari yang lain, peduli amat dengan cibiran publik, yang penting tetap kerja tak becus.

Biarkan saja mereka. Maklum, mungkin lagi sensi dan kesal karena dihantam kritikan bertubi-tubi seperti berondongan peluru machine gun. Gubernurnya lagi banyak masalah. Sampah, polusi parah, kemacetan, belum lagi banjir di musim hujan nanti, IMB pulau reklamasi, dan masih banyak lagi. Salah sendiri, sudah tahu kemampuan tidak sebesar itu tapi nekat mencalonkan diri.

Gubernur DKI paling banyak disorot media, jadi kalau merasa tidak sanggup dan tak tahan dengan beban kerja yang dipikul, akui saja.

Mereka kan banyak tim, apalagi gubernurnya punya lebih dari 70 orang anggota TGUPP yang bakal membuat Jakarta meroket dengan cepat. Mereka tak butuh siapa pun. Apalagi mayoritasnya lebih memilih Anies, jadi biarkan mereka memanen apa yang mereka tanam. Ketimbang nanti dibilang sok lagi.



Bagaimana menurut Anda?




0 Response to "Balasan Balik Risma Soal Membantu Masalah Sampah DKI Jakarta"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel