Kebohongan Besar Abdul Somad Perdaya Prabowo
Hingga hari ini, Ustaz Abdul Somad (UAS) masih menjadi buah bibir di kalangan warganet. Di media sosial twitter misalnya, hashtag #StopKriminalisasiUAS masih bertengger di 3 besar trending topic Indonesia. Hashtag tersebut bahkan mengalahkan #PelukPapua, yang juga masih begitu hangat dibicarakan saat ini, yang jauh berada di urutan kesepuluh.
Diakui atau tidak, UAS memang masih menjadi magnet tersendiri bagi kelompok masyarakat tertentu. Bagi mereka para pemuja Ijtima Ulama, bagi mereka pemuja Rizieq Shihab, bagi mereka pemuja HTI dan FPI, serta bagi mereka pemuja ideologi khilafah, UAS dianggap sebagai wakil Tuhan yang setiap ucapan yang keluar dari mulutnya harus dituruti.
UAS ditempatkan setara dengan malaikat, sebagai sosok yang benar-benar suci, yang memahami betul isi Alquran serta mampu menerjemahkan serta mengejawantahkan isi Alquran itu kepada para jemaah dengan begitu apik. Yang jelas, bagi mereka UAS tidak pernah salah. Dalam keadaan apapun, ia harus dibela mati-matian oleh seluruh jemaah.
Setiap kali ia diundang untuk memberi tausiyah di berbagai daerah, sudah pasti akan dibanjiri oleh lautan manusia, tidak pernah sepi. Jemaah membludak memadati lapangan atau stadion tempat tabligh akbar dilaksanakan. Saat ini, UAS memang benar-benar seperti artis top, yang setiap kemunculannya selalu dinanti oleh para fans.
Namun, satu hal yang sangat kita sayangkan dari para fans UAS tersebut adalah, mereka cenderung menjadi pengagum mata gelap. Apakah UAS benar atau UAS sedang melakukan kesalahan seperti kejadian yang baru saja terjadi, yang secara nyata-nyata melecehkan salib, simbol keagaaman umat Kristiani, UAS tetap saja dianggap benar oleh mereka.
Bukan hanya simpatisannya sebetulnya, bahkan organisasi sebesar Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga turut pasang badan atas penistaan agama yang dilakukan UAS. Komisi Dakwah MUI misalnya, mengeluarkan sebuah pernyataan yang sangat tidak menyejukkan. Menurut mereka, UAS sama sekali tidak bermaksud mencela agama lain. Lalu ia mencela apa?
Mahabenar Abdul Somad dengan mulutnya yang "suci dan penuh hikmat" itu. Dengan mulutnya, yang terkadang terselip candaan dalam ucapan-ucapannya, mampu memperdaya banyak orang. Ia telah berhasil melabeli dirinya sebagai ustaz kondang yang dengan penuh "keikhlasan dan ketulusan hati," berdakwa hanya untuk mensyiarkan Islam.
Tapi benarkah demikian? Menurut saya tidak. Ada begitu banyak embel-embel yang mengikutinya setiap kali ia berceramah di sebuah tempat. Satu hal yang perlu kita garisbawahi, UAS kini tampil menjadi ustaz besar, maka ia juga pasti membutuhkan hal-hal yang besar. Dan oleh kebesaran namanya itu pula hingga ia berhasil memperdaya Prabowo.
Kok bisa? Ia. Beberapa hari menjelang pencoblosan Pilpres April lalu, UAS menemui Prabowo Subianto, yang pertemuan kedua tokoh tersebut ditayangkan secara eksklusif oleh TV One. Saya tidak tahu, apakah UAS sendiri yang berinisiatif menemui Prabowo, atau mungkin tim kampanye Prabowo-Sandi yang dengan sengaja mengundangnya. Namun kita harus tahu, dalam dunia politik, tidak ada yang namanya “kebetulan.” Semuanya pasti sudah diatur.
Menurut saya, bukan UAS yang berinisiatif menemui Prabowo, namun sebaliknya. Prabowo-lah yang mengundang UAS. Dan pertemuan itu kemungkinan besar sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Tetapi supaya memberi efek kejut. pertemuan itu lantas dilaksanakan pada detik-detik terakhir menjelang hari – H pelaksanaan Pilpres 2019.
Stasiun televisi lalu diundang. Dan TV One adalah pilihan paling tepat. Sebab stasiun televisi yang lain sudah diblacklist oleh Prabowo sebelumnya. Untuk shooting “film” pertemuan Prabowo dan UAS selama 13 menit lebih itu, pastilah membutuhkan dana yang lumayan besar yang harus disediakan oleh Prabowo: untuk TV One, dan sang bintang tamu tentunya.
Pertemuan Prabowo-UAS di bawah sorot kamera televisi itu, sukses membuat seorang Prabowo, purnawirawan jenderal bintang tiga itu, menitikkan air mata karena merasa terharu mendengar bualan-bualan yang disampaikan UAS. Setidaknya sebanyak dua kali, air mata Prabowo mengucur. Ia nampaknya begitu tersentuh dengan ucapan-ucapan UAS.
Tapi, setelah saya berulang-ulang menonton video tersebut, saya merasa bahwa sesungguhnya UAS sedang menyampaikan berbagai kebohongan besar yang tujuannya hanya untuk menyenangkan hati Prabowo, yang sedang gundah gulana kala itu. UAS sesungguhnya sedang memperdaya Prabowo dengan keustazan dan nama besarnya.
Dalam pertemuan itu, UAS seakan-akan begitu yakin dan percaya bahwa Prabowo-Sandi akan memenangi Pilpres. UAS menyebut bahwa dalam setiap tabligh akbar yang dihadirinya, dari ujung Aceh sampai ke Sorong Papua, seluruh umat selalu mengeluk-elukkan nama Prabowo dengan 2 jari (jari jempol dan telunjuk) yang mengacung ke atas.
Ini adalah kebohongan pertama UAS. Sebab faktanya, Jokowi unggul di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan di pulau-pulau kecil. Menurut saya, tidak benar UAS telah berceramah dari Aceh sampai Sorong. Mungkin saja ia hanya menjadi pembicara di Sumatera saja misalnya, yang merupakan basis pendukung Prabowo-Sandi, namun ia generalisasi.
Dalam pertemuan tersebut, UAS juga menyebut bahwa dengan dukungan ulama yang telah berijtima, di mana para ulama-ulama itu ia sebut sebagi ulama-ulama suci yang mata batinnya tembus melihat alam gaib yang ia sebut sebagai anugerah sekaligus menjadi ujian besar bagi Prabowo. UAS juga menyebut bahwa dukungan terhadap Prabowo juga datang dari para ulama, yang telah ia jumpai sendiri, yang selama ini tidak populer namun hidup suci.
Dengan dukungan para ulama itu, UAS hakulyakin bahwa Prabowo yang ia sebut sebagai pemimpin yang adil, yang memperhatikan ulama dan umat, akan terpilih sebagai presiden. Faktanya? Tidak. Dan para ulama pendukung Prabowo yang ia sebut-sebut itu ternyata merupakan “penumpang gelap” yang baru belakangan disadari oleh Prabowo. Ini adalah kebohongan UAS yang kedua.
Pada penutup pertemuan kedua tokoh itu, UAS menghadiahi Prabowo sebotol minyak wangi kayu gaharu, yang bertujuan untuk menebarkan keharuman bagi semua orang. Lantas apakah Prabowo segera menjadi harum? Tidak. bahkan hingga saat ini, “bau busuk” dari dalam diri Prabowo masih terasa begitu menyengat. Dan apa pentingnya minyak wangi tersebut. Bukankah itu menjadi semacam jimat jadinya?
Selain minyak wangi, UAS juga memberi sebuah tasbih kesayangannya yang ia beli dari Madinah, kepada Prabowo. Bermanfaatkah itu bagi Prabowo? Sepertinya tidak. Sebab Prabowo kurang paham ajaran Islam. Jangankan memahami ajaran Islam, melaksanakan salat Jumat saja pun, ia hampir tidak pernah. Apa yang bisa disimpulkan dari pertemuan itu? UAS sukses memperdaya Prabowo dengan segala angin-angin surga yang ia hembuskan.
0 Response to "Kebohongan Besar Abdul Somad Perdaya Prabowo"
Post a Comment