-->

Subscribe Us

Pemprov DKI Betulkan Jalan yang Masih Mulus, Anies Kehabisan Obat?





Perbaikan jalan yang dikerjakan oleh Pemprov DKI Jakarta dinilai sia-sia, seperti menyiram tanaman saat hujan. Seperti orang bodoh yang tidak bijaksana dan bebal,

Anies memperbaiki jalanan yang masih mulus di era Ahok. Saya mulai berpikir, bahwa Anies ini butuh obat. Apakah karena kualitas aspal di era Ahok sangat baik, sehingga susah rusak dan tidak ada anggaran untuk Anies mengambil anggaran dari perbaikan jalan? Atau bagaimana?


Kondisi ini memperparah kemacetan. Terjadi di sejumlah titik di jalan-jalan protokol Jakarta. Beberapa di antaranya adalah Jalan Cikini Raya, Kemanggisan, dan KS Tubun. Kondisi jalan yang telah bagus, digaruk oleh alat berat, kemudian diaspal ulang. Padahal jalanan tersebut tidak rusak sama sekali. Debu tebal pun terangkat setiap ada kendaraan yang melewati dengan knalpot hadap bawah.

Knalpot hadap atas, kena orang, hadap tengah atau bawah, kena asap debu. Serba salah. Knalpot mau hadap mana? Hadap mukanya Anies aja cocok. Sedangkan jalanan di Cengkareng, rusak dan malah tidak diperbaiki. Kan makin emosi jiwa lihat si gabener ini ngancurin Jakarta.

Penulis mengingat sebuah peribahasa dalam bahasa Inggris tentang kebodohan yang dikerjakan Anies dalam memperbaiki jalanan yang masih mulus di era Ahok. If it ain’t broke, don’t fix it. Seharusnya Anies yang Ph. D. nya ada di Amerika, dia tahu.

If something is working adequately well, leave it alone. Terjemahan bebasnya kira-kira begini. Kalau semuanya berjalan mulus, ngapain dibikin somplak, somplak?

Otak sudah beres, tapi dibuat bodoh agar bisa dicekoki radikalisme. Ini adalah sebuah pandangan yang seharusnya kita semua tahu, merupakan pandangan yang sangat bodoh. Seharusnya semua orang tahu kalau sesuatu yang sudah baik, kalau diperbaiki, artinya bodoh.

Manusia memang kelihatannya memiliki keinginan untuk melakukan perbaikan atas sesuatu. Bahkan orang-orang prasejarah pun mengembangkan kapak genggam alias hand axes dengan cara menggesek-gesekkan batu tersebut dengan barang keras lainnya.

Itu namanya perbaikan sistem dan perbaikan proses, sehingga muncul sebuah hal yang lebih baik lagi.

Permasalahan di dalam politik dan pemerintahan mengenai hal ini sebenarnya berpangkal atau bermuara pada uang. Masalah nya adalah, si Anies ini terlalu bodoh dan terlalu rakus.

Pemerintah provinsi DKI Jakarta memperbaiki sesuatu yang tidak rusak, dan tidak memperbaiki sesuatu yang rusak. Konyol. Jalanan sudah bener, kok dibuat gabener?

Bahkan sudah sejak tahun 2017 silam, ada pendapat seseorang dari Quora yang mengatakan hal ini. Sebelum Anies membodohi aspal, sudah ada orang yang membaca hal ini jauh-jauh hari sebelumnya.

Shruti Pithadia,menceritakan hal ini… Begini terjemahannya.


Pada suatu hari, Anda sedang berkendara di sebuah jalanan lebar yang mulus. Anda gembira bahwa akhirnya jalanan bebatuan yang kasar itu dijadikan jalanan yang mulus, dengan beton dan aspal.

Tentu Anda gembira dengan pemerintah yang sudah memperbaiki jalan itu, untuk membuat waktu semakin singkat dan untuk ketahanan kendaraan Anda.

Dan beberapa hari berselang, Anda melintasi jalanan yang sama, dengan kondisi yang berbeda. Di sisi-sisi jalan, ada plang berwarna kuning hitam dan dengan simbol“Jalanan dialihkan”, atau “Sedang ada pekerjaan*”, *atau “Hati-hati, banyak pekerja”.

Anda akan WTF bukan? Jalanan ini sudah baik dan brand new, kok malah dihancurkan lagi? WTF sekali saudara-saudara. Kalaupun ada pembangunan konstruksi kabel atau pipa, mengapa tidak dilakukan sebelum pembetonan? Sibuk untuk sesuatu yang tidak penting.

Mereka tidak akan mengerti kalimat seperti “If it ain’t broken, don’t fix it” maupun “Kalau itu rusak, mereka harus memperbaikinya sesegera mungkin.” Mereka hanya memahami “Kalau kau tidak ada kerjaan, hancurkan barang yang sudah bagus, kemudian buat lagi.” Benar-benar dungu bukan?

Silakan disimak link ini agar kita bisa melihat kebodohan Anies yang sudah kronis ini, dibongkar dua tahun sebelum dia bodoh. https://www.quora.com/What-are-some-good-examples-of-If-it-isnt-broken-dont-fix-it

Entah mengapa, ada yang berbeda dengan Anies. Ketika Ahok membangun Simpang Susun Semanggi, Fahri Hamzah bacot besar dan berkoar-koar mengenai dana yang digunakan, yakni CSR. Tapi ketika Anies hancurkan jalanan yang sudah baik, Fahri Hamzah pura-pura tuli? Kok tidak da kritik?

DPR-D tidak berkoar juga. Kenapa? Apakah DPR-D menikmati juga cipratannya? Jujur saja, saya melihat hal ini dengan mata yang aneh. Daripada hancurkan jalan yang sudah baik di Jakarta, mengapa uangnya tidak dikirim ke Sulawesi Utara, lalu membangun jalanan yang masih belum bagus atau yang sudah berlubang?

Saya terinspirasi dengan komentar seorang admin Seword yang mengatakan kira-kira seperti ini…

Semuanya seolah-olah termaafkan, karena dipimpin orang seiman, jaminan masuk surga, meski tidak dapat janji rumah DP Nol, makanan sapi chef bintang 5 yang keasinan dan semur pakai cabai.

Semua terampuni, karena dia adalah juru selamat kaum Monaslimin, meskipun Jakarta jadi tempat yang paling najis polusinya di dunia. Betapa mengerikan, jika agama dijadikan alat perusak rasionalitas. Agama dan rasio dibuat terpisah. Ini adalah kemunduran sistem antropologi dan sosiologi manusia.



Begitulah undur-undur.



0 Response to "Pemprov DKI Betulkan Jalan yang Masih Mulus, Anies Kehabisan Obat?"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel