Refleksi Kasus Ahok dan UAS
Kali ini saya akan kembali membahas soal Ahok dan UAS. Artikel ini bukan tentang membela Ahok, bukan juga membela UAS. Dalam artikel ini, saya ingin mengajak umat Islam dan Kristen untuk melakukan refleksi, sama-sama merenung dengan pikiran yang jernih. Namun sebelum itu, kebencian kita disimpan dulu untuk sementara waktu karena tak mungkin bisa berpikir jernih kalau kebencian masih membelenggu.
Bukan saya sok bijak, bukan pula sok pintar. Saya hanya ingin mengemukakan pendapat dan itu merupakan hak rakyat Indonesia yang dilidungi oleh undang-undang. Namun sebelum itu, saya ingin menegaskan beberapa hal:
Pertama, saya menghormati proses hukum. Jika memang ulah UAS nanti dinyatakan bersalah, saya tidak akan memprotes. Jadi jangan salah paham seolah-olah di artikel sebelumnya, saya membela UAS dan tidak ingin dia dipenjara.
Kedua, saya sudah sering menulis tentang UAS. Saya kerap memberikan kritik, terutama soal sikap UAS yang setuju dengan khifalah. Saya juga mengkritik sikap UAS yang tidak bisa menjaga integritas sebagai seorang ASN, serta isi ceramah yang sering menjadi polemik. Saya juga sudah menuliskan tentang hukum menghina agama lain, dalam rangka mengkritik UAS.
Ketiga, MUI bukan lembaga yang seolah-olah menjadi wakil umat Islam. Masih ada NU dan Muhammadiyah. Jadi ketika sikap MUI berbeda terhadap Ahok dan UAS, jangan jadikan itu sebagai acuan bahwa umat Islam yang mayoritas sedang semena-mena terhadap umat Kristen yang minoritas. Jangan lupakan kiprah NU yang selama ini begitu menghormati dan menghargai umat Kristen.
Kasus Ahok
Silahkan bagi yang menganggap Ahok tidak berniat menodai agama saat menyinggung Al-Maidah ayat 51. Saya dan sebagian umat Islam juga berpendapat seperti itu. Tapi yang perlu diketahui, banyak juga umat Islam yang menganggap Ahok menodai agama, terlepas bagaimana mereka bisa berkesimpulan seperti itu. Yang pasti ada di antara umat Islam yang benar-benar marah dengan Ahok.
Terkadang maksud hati tak sesui harapan. Ahok tak bermasuk menodai agama Islam, tapi realita di lapangan, ada sebagian umat Islam yang menganggap Ahok sengaja bermaksud menghina agama. Terus mana pendapat yang benar? Sangat sulit dijawab. Kebenaran versi manusia sifatnya relatif. Terlebih, pada akhirnya Ahok dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Ukuran pendapat mana yang dianggap benar menjadi ruwet karena masing-masing punya sudut pandang yang berbeda.
Di antata umat Islam secara umum terbagi menjadi dua kelompok, ada yang menganggap Ahok menista agama (contohnya FPI, MUI, dan yang lain). Ada juga kelompok yang Ahok tidak menista (Sebagian warga NU dan Muhammadiyah karena ada juga warga dari kedua ormas itu yang menganggap Ahok menista agama).
Untuk mendinginkan suasana, saya dan sebagian warga NU berjuang dengan cara menjelaslan tafsir surat Al-Maidah ayat 51 agar kelompok yang marah dan menganggap Ahok menista agama bisa mengerti dan tidak melampiaskan amarah dengan anarkis. Gus Ishom (Rois Syuriah NU) sampai turun gunung. Pun begitu dengan Buya Ma'arif. Perjuangan ini tak mudah, karena saya dicap muslim yang munafik dan kafir oleh sesama muslim. Gus Ishom bahkan sampai dikeluarkan dari MUI.
Kasus UAS
Silahkan bagi siapapun yang menganggap UAS telah menista agama kristen dengan berbagai alasan. Silahkan juga bagi yang menganggap UAS tidak menista agama Kristen dengan alasan tertentu. Kalau saya lebih sepakat dengan sikap PBNU, biarkan hukum yang memutuskan apakah UAS telah menodai agama kristen atau tidak.
Sebagaimana Ahok, UAS pun mengaku tak bermaksud menista agama kristen karena merasa hanya menyampaikan ajaran agama Islam yang dia yakini. Bedanya, Ahok mau meminta maaf, sedangkan UAS tidak.
Tapi bermaksud atau tidak, kenyataannya pernyataan UAS menjadi polemik. Ada yang membela, ada juga yang mengecam UAS. Dampaknya hampir seperti kasus Ahok, ada yang membela, ada juga yang mengecam.
Saya tidak tahu apakah di umat kristen ada yang tidak mempermasalahkan hinaan UAS, atau justru semuanya mengecam. Tapi sebagaimana dulu ada umat Islam yang menganggap Ahok tidak menista agama Islam, saya yakin ada juga umat kristen yang tidak menganggap UAS telah menodai agama Kristen.
Di dalam umat Islam pun ada yang membela, ada juga yang mencela. MUI, FPI, HTI dan jama'ah UAS termasuk yang mendukung. Untuk umat Islam yang mencela sifatnya perorangan saja. Pasalnya, PBNU lebih memilih menyerahkan urusan ini ke penegak hukum. Kenapa PBNU tidak mengecam UAS? Menurut apa yang saya pahami, jawabannya sama dengan pertanyaan mengapa tidak ada organisasi Kristen yang mengecam Ahok saat tersandung kasus penodaan agama? kira-kira seperti itu jawabannya.
Saya punya asumsi, PBNU mempersilahkan organisasi di Kristen untuk berbicara dan mendinginkan suasana di antara umat Kristen, sebagaimana yang PBNU lalukan saat kasus Ahok. Ini menjadi wilayah organisasi di Kristen untuk menjelaskan ke umat Kristen bahwa pernyataan UAS sama sekali tidak membuat kemuliaan salib menjadi hilang. Dulu PBNU meredekan amarah umat Islam, sekarang menjadi tugas organisasi di Kristen untuk meredakan amarah umat kristen. Saya senang ketika PGI sudah mengeluarkan pernyataan sikap yang menyejukkan terhadap kasus UAS, kurang lebih sama dengan apa yang dilakukan oleh PBNU saat kasus Ahok.
Kengototan sebagian umat Kristen yang berpendapat Ahok tidak menista agama, kurang lebih sama dengan kengototan sebagian umat Islam yang menganggap UAS tidak menista agama. Pun sebaliknya, kengototan sebagian umat kristen yang menganggap UAS menista agama Kristen, terlihat tidak ada bedanya dengan kengototan sebagian umat Islam yang menganggap Ahok menista agama Islam. Bedanya mungkin hanya dalam tindakan. Jika sebagian umat Islam sampai menggelar aksi, umat kristen tak melalukannya. Hal ini menjadi kelebihan umat kristen.
Jika sama-sama ngotot dan merasa benar, persoalan tidak akan selesai, bahkan bisa semakin parah dan menambah persoalan baru. Saya berharap masing-masing ormas bisa berperan aktif untuk mendinginkan suasana. Ketika sebagian umat Islam marah ke Ahok, PBNU turun gunung untuk meredakan umat Islam. Ketika sebagian umat Kristen marah ke UAS, PGI turun gunung untuk meredakan umat Kristen. Jika masing-masing punya kesadaran seperti ini, saya yakin kehidupan akan lebih tenang. Gesekan dan konflik antar pemeluk agama bisa diminimalisir.
Sekian
0 Response to "Refleksi Kasus Ahok dan UAS"
Post a Comment