-->

Subscribe Us

Rhoma Irama Ingkar Janji Tapi Tak Merasa Salah, Lalu Salahkan Bupati Bogor? Lho??





Kita semua tahu kalau tingkat kedisiplinan warga masyarakat dalam menghadapi wabah Covid-19 sangat jauh dari harapan. Diminta selalu pakai masker ketika keluar rumah saja sulitnya minta ampun. Alasannya macam-macam, dari tidak biasa, tidak nyaman, lupa, hingga engap kalau bernapas. Padahal itu kan buat proteksi diri sendiri terhadap penyebaran virus Covid-19. Nah, salah satu cara yang paling sesuai dengan karakter masyarakat Indonesia adalah ketika pemimpinnya, atau tokoh yang dituakan, yang dihormati, itu memberikan contoh. Ketaatan itu asalnya dari rasa segan. Lalu lama-lama akan terbiasa sendiri memakai masker. Karena kalau bandel, akan dianggap sebagai tindakan yang tidak menghormati pemimpin atau tokoh yang dihormati itu.

Oleh sebab itu, dalam konteks penanganan wabah Covid-19, peran para pemimpin dan tokoh masyarakat menjadi penting untuk jadi tauladan yang baik. Sayangnya, yang dituakan, yang ditokohkan, yang dipuja itu tidak semuanya bisa menjadi tauladan. Hal ini yang saya tangkap dari kasus manggungnya Rhoma Irama di tengah pandemi Covid-19, di lokasi yang merupakan zona merah pula.

Seorang warga Pamijahan, Bogor menggelar acara khitan secara besar-besaran di desanya. Termasuk mengundang Rhoma Irama untuk manggung di sana. Bahkan di media disebut sebagai konser. Kabarnya yang punya acara ini juga merupakan teman dekat Rhoma Irama. Sebelum hari H, Bupati Bogor, Ade Yasin sudah mengirimkan surat permintaan membatalkan rencana konser itu ke pihak yang punya acara. Dengan kata lain, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor tidak memberikan izin digelarnya konser ini. Menurut Camat Pamijahan, pihak penyelenggara acara tersebut memberikan respons positif dan memastikan bahwa acara konser itu batal. Sementara dari pihak Rhoma Irama sendiri sudah pula mengumumkan pembatalan konsernya, lewat sebuah video di akun media sosialnya.


"Kami dari Soneta Grup juga dari pihak Pak Surya (penyelenggara) itu pasti akan membatalkan hal ini atau rescheduling penampilan Soneta," ujar Rhoma dalam video itu. "Mohon dimaklumi hal ini kalau Soneta tidak bisa tampil nanti 28 Juni, InsyaAllah kalau nanti sudah mereda, kembali aman dan kondusif, pasti Pak Surya (yang punya acara) akan melanjutkan niatnya untuk menampilkan Soneta Grup di Pamijahan," sambungnya Sumber.

Masalah selesai? Ternyata tidak. Malah sebaliknya. Pada hari Minggu (28/6) ketika acara berlangsung, Rhoma Irama yang katanya datang sebagai tamu, malah jadi menyanyikan 2 hingga 3 lagu. "Maka tuan rumah minta, kan khitanan tuh, berikan tausyiah. Maka saya sampaikan tausiyah singkat. Setelah itu, semua itu minta nyanyi. Saya pun nyanyi itu aja sih," kata Rhoma Irama sendiri kepada media. "(Lagu) Dua sampai tiga lagu mungkin ya. Sama tausyiah singkat," ungkapnya Sumber.


Sampai di sini, sudah jelas bahwa Rhoma Irama entah tidak paham dengan yang namanya komitmen, atau memang menganggap enteng adanya wabah Covid-19. Harusnya sebagai seorang tokoh masyarakat yang dijadikan panutan oleh sebagian orang, Rhoma Irama ya bersikap sebagaimana mestinya mentaati aturan. Namun, ternyata, dia sendiri yang berjanji, eh dia sendiri yang tidak menepati. Ungkapan kekecewaan Bupati Bogor Ade Yasin, sebenarnya sudah memberikan gambaran, salahnya Rhoma Irama itu di mana. "Tetapi pada hari H-nya (Minggu, 28/6) mereka tetap tampil. Ini juga, ya kita marah kecewa juga, ya. Kenapa mereka melanggar komitmennya sendiri," kata Ade Yasin. "Ya ngomongnya kan nggak jadi, tiba-tiba datang. Katanya sih sebagai tamu. Tapi kan kalau sebagai tamu tidak harus tampil sehingga mengundang kerumunan orang, begitu ya. Kan itu magnetnya kita tahu lah, cukup kuat,” ujar Ade Yasin, dilansir detik.com.

Kalau pun Rhoma Irama datang sebagai tamu, tentunya tidak ada yang melarang. Apalagi katanya diminta memberikan tausiyah. Kenapa tidak menegur yang punya acara? Mengingatkan bahwa sudah ada komitmen, janji tidak akan menimbulkan kerumunan massa. Tausiyah itu isinya harus mengingatkan pada hal yang baik kan? Bukannya mencontohkan hal yang buruk. Malah Rhoma Irama sendiri yang kemudian menyanyikan beberapa lagu. Kenapa tidak menyanyi di ruangan tertutup, buat yang punya acara saja? Kan itu lebih baik, jika memang ada niat untuk menghibur yang punya acara. Itu salah satu opsi, jika waktu itu Rhoma Irama memang nggak enak hati menolak permintaan bernyanyi dari tuan rumah. Saya nggak ngerti jalan pikirannya. Apakah karena dia seniman, jadi keinginan menyanyi itu lebih kuat ketimbang akal sehat? Entah lah! Yang pasti, tindakan Rhoma Irama saat itu beresiko meningkatkan kerumunan massa dan meningkatkan penyebaran wabah Covid-19. Paham nggak sih konsekuensinya?

Nampaknya sang artis ini nggak paham sih. Rhoma Irama bahkan menyalahkan balik Bupati Bogor karena membiarkan berdirinya panggung dan adanya pertunjukan wayang golek pada malam minggunya. “Mestinya pertanyaan ini (tanggang jawab) diberikan kepada ibu Bupati sejauh mana pertanggungjawaban ibu Bupati… Kami kan ini akhirnya korban atas semua yang diizinkan ibu Bupati. Kalau enggak ada izin, apa iya mungkin pak Surya (gelar acara), kalau pak Surya enggak ada izin dia bisa ditindak loh… Saat itu harus bisa dibubarkan wayang goleknya, dan musiknya ini pagi-pagi usah ada musik malamnya wayang golek. Kok enggak ada tindakan apa-apa.. Apa ini yang ibu Bupati bilang serius menghadapi corona?," kata Rhoma Irama, balik menyerang Bupati Bogor Sumber.

Bukannya Camat setempat sudah mengkonfirmasi bahwa yang punya acara batal menggelar acara? Masak Bupati Bogor kerjanya hanya mantengin satu titik itu saja? Apa gunanya Camat, Kepala Desa dan jajaran lainnya kan? Bukannya akhirnya yang punya acara ngaku kalau acaranya tidak berizin? Bukannya si pemilik acara pun sudah meminta maaf secara publik? Bupati Bogor baru mengetahui adanya panggung itu ketika Rhoma Irama sendiri manggung di sana. Bernyanyi sampai 3 lagu, yang jelas-jelas melanggar janjinya sendiri. Bukannya mendukung pemerintah dengan memberikan nasehat agar tidak berkerumun, menolak untuk jadi magnet massa, eh malah nyanyi. Maunya ditokohkan, dipuja-puja massa, tapi tidak mau jadi contoh yang baik. Ya mungkin di situ lah letak perbedaan pola pikirnya. Ya, terima saja konsekuensianya. Saya juga mulai males menanyakan apakah tidak merasa punya tanggung jawab moral terhadap kerumunan massa yang beresiko terpapar virus Covid-19, yang bisa jadi nanti berujung pada kematian? Sekian dulu dari kura-kura!


0 Response to "Rhoma Irama Ingkar Janji Tapi Tak Merasa Salah, Lalu Salahkan Bupati Bogor? Lho??"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel