-->

Subscribe Us

Anies yang ‘Nyampah’, Suruh Ridwan Kamil Tanggung Jawab

Anies yang ‘Nyampah’, Suruh Ridwan Kamil Tanggung Jawab


Sejak dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta, selalu saja ada hal-hal menarik untuk dibahas dari Anies Baswedan. Berbagai kebijakan mantan menteri pendidikan itu, kerap kali menimbulkan polemik di tengah masyarakat. Anies yang seharusnya hadir untuk menjawab segala persoalan masyarakat DKI Jakarta, ia justru kerap melakukan berbagai kebijakan aneh yang pada akhirnya menjadi bahan tertawaan khalayak ramai.

Sesungguhnya, jauh sebelum terjun ke dunia politik, saya adalah salah satu pengagum Anies Baswedan. Ia dikenal sebagai sebagai seorang intelektual muda yang begitu humanis, nasionalis, sekaligus seorang tokoh yang dikenal cukup religius, yang sangat concern terhadap dunia pendidikan.


Gerakan Indonesia Mengajar adalah salah satu dari sekian banyak gebrakan yang pernah ia gagas untuk mempercepat peningkatan kualitas pendidikan Indonesia. Lewat gerakan tersebut, Anies menyebar para pengajar muda, ke berbagai daerah-daerah yang cukup terpencil di berbagai tempat di Indonesia. Tujuannya hanya satu, untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa.

Anies Baswedan yang tercatat sebagai rektor termuda di Indonesia itu, dikenal sebagai seorang tokoh anti-korupsi. Bahkan karena rasa muaknya terhadap perilaku korup para elite di negeri ini, ia menjadikan mata kuliah Anti-Korupsi sebagai mata kuliah wajib seluruh mahasiswa di universitas yang ia pernah pimpin.

Melihat segala pencapaian serta sepak terjang Anies Baswedan itu, mungkin itu pula yang membuat Jokowi kepincut kepadanya. Ia dihunjuk sebagai juru bicara pasangan Jokowi-JK pada Pilpres 2014 lalu. Hingga akhirnya, ia dihunjuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) yang disambut positif oleh para pegiat pendidikan.

Namun, setelah ia didepak oleh Presiden Jokowi dari Kabinet Kerja, Anies Baswedan lantas seperti kehilangan jati diri. Hingga pada akhirnya, ia bergabung dengan kubu Prabowo yang sebelumnya dia anggap sebagai seorang politikus pengecut dan seorang pelanggar HAM berat yang harus mendapat hukuman setimpal dari negara.

Sejak saat itu, Anies seperti kehilangan akal sehatnya. Anies berubah menjadi picik. Ia bahkan menghalalkan segala cara hanya untuk memuluskan ambisinya untuk duduk menjadi orang nomor satu di DKI. Cara-cara kotor dengan menjual agama ia lakukan demi menaklukkan Ahok.

Namun apa yang terjadi setelah ia duduk menjadi Gubernur DKI Jakarta? Anies lupa dengan segala janji-janjinya semasa kampanye dulu. Warga Jakarta yang dahulu mempercayakan pilihannya kepada Anies untuk menjadi pemimpin mereka, setidaknya hingga satu tahun masa pemerintahannya, warga DKI diselimuti rasa kecewa yang cukup dalam.

Dengan begitu sombongnya Anies berjanji tidak akan menggusur. Nyatanya, jauh panggang dari api. Selama setahun menjadi gubernur, Anies sudah melakukan hampir 100 kasus penggusuran. Dan yang sangat penting untuk digarisbawahi, hampir seluruh penggusuran itu dilakukan secara paksa dan tanpa melakuan musyawarah.

Berjanji memang mudah, namun untuk membayar lunas janji-janji itu sungguhlah teramat sulit. Dengan mulut manisnya, dengan kelihaiannya merangkai kata-kata menjadi ucapan-ucapan yang membuat banyak orang terbuai, Anies dianggap oleh 58 persen warga DKI menjadi solusi atas berbagai permasalahan mereka. Nyatanya? Justru menjadi problem maker.

Wajarlah Anies dipecat oleh Jokowi. Sebab ternyata, ia tidak memiliki kemampuan manajerial yang bagus. Ia bukan tipe pemimpin yang tangguh yang kepalanya penuh dengan solusi atas berbagai permasalah warga. Namun, Anies adalah sosok pemimpin cengeng yang kerap melempar tanggung jawab kepada orang lain.


Lihatlah hingga setahun Anies menjabat, selama itu pula ia tidak henti-hentinya selalu menyalahkan Ahok. Pun masalah sampah Jakarta yang menjadi viral beberapa hari belakangan ini, Anies kelihatannya begitu gagap dan terkesan emosional untuk menanggapi persoalan sampah dengan Pemerintah Kota Bekasi tersebut.

Anies seakan-akan mengerti permasalahan, namun ternyata ia memiliki pemahaman yang salah. Anies tidak pernah berpikir jika daerah yang ia pimpin membuang sekitar 7.000 ton sampah setiap harinya ke daerah lain (Bekasi). Anies juga mungkin tidak pernah berpikir betapa efek yang ditimbulkan oleh bau sampah warganya itu sungguh sangat berbahaya.

Dan satu lagi, Anies kurang memiliki kepekaan sosial, dan kurang mampu berterima kasih atas jasa dan kebaikan orang lain terhadapnya. Apakah Anies tidak pernah membayangkan akan seperti apa Jakarta jika saja Pemkot Bekasi memutus hubungan dengan DKI terkait masalah sampah tersebut?

Betul bahwa Anies telah memenuhi kewajibannya untuk memberikan dana kompensasi bau sampah kepada Pemkot Bekasi sebesar Rp. 194 miliar. Namun, ada satu lagi yang diabaikan oleh Anies, yakni dana hibah. Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, menyebut bahwa pemberian danah hibah tersebut sudah ada sejak era Jokowi dan Ahok.

Rahmat Effendi berujar bahwa pada masa Jokowi maupun Ahok menjadi gubernur, pemberian hibah kepada Pemkot Bekasi tidak pernah bermasalah. Jumlah dana hibah yang diperoleh Bekasi sekitar Rp. 200 miliar setiap tahunnya. Namun sejak dilantik menjadi gubernur, Anies menghapus kebijakan pemberian dana hibah tersebut dengan alasan ingin dialihkan ke hal-hal yang lebih penting.

Jadi, sangat wajar jika Wali Kota Bekasi marah, dengan tidak mengizinkan puluhan truk sampah milik Pemprov DKI Jakarta masuk ke daerahnya. Dalam hatinya, Rahmat Effendi mungkin berkata, “Mentang-mentang Gubernur DKI, lu pikir bisa seenak perut lu nyampah di kampung gue?”Dasar lu, Anies. Ini negara ada aturannya, ga bisa suka-suka, Bro!

Nah, yang membuat saya agak sedikit kurang ngeh dan gagal fokus adalah tanggapan Anies terhadap permintaan dana hibah dari Pemkot Bekasi. Anies berkilah, “…Dan harus diingat, Bekasi itu masuk provinsi mana coba?Jawa Barat. Kalau mau minta, ke pemprov mana harusnya dimintai? Kok mintanya ke Jakarta?”

Apa maksud pernyataan Anies tersebut? Maksudnya adalah, bahwa Anies menyuruh Pemkot Bekasi untuk meminta dana hibah ke pemprov di mana mereka berada, yakni Pemprov Jawa Barat. Artinya apa? Anies menyuruh Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat, untuk bertanggung jawab atas masalah sampah yang ditimbulkan oleh DKI Jakarta.

Anies memang benar-benar aneh dan goblok. Itu ibarat seorang anak muda yang telah terbukti menghamili seorang perempuan lalu dengan berbagai alasan, ia tidak mau bertanggung jawab dan justru melempar tanggung jawab untuk mengawini perempuan yang telah dihamilinya itu ke tetangganya. Dasar kampret!

#JokowiLagi



0 Response to " Anies yang ‘Nyampah’, Suruh Ridwan Kamil Tanggung Jawab"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel