-->

Subscribe Us

Meski Di Arab, Rizieq Terus Koar-Koar Karena Takut Dilupakan Dan Mau Diperhitungkan di Kancah Politik





Di Indonesia, mungkin sudah banyak yang mengenal Rizieq, baik itu sepak terjangnya, ulahnya, kelakuannya, gaya bicaranya. Yang jelas ribut dan bising. Sekarang dia sudah berada di Arab Saudi selama setahun lebih. Akan tetapi ributnya masih tetap sama. Ada yang merasakan ini? Kenapa? Seharusnya di sana dia lebih diam, tapi masih tetap ribut lewat video. Ada apa? Tentu saja ada tujuannya.

Direktur SETARA Institute Hendardi menilai anggapan Rizieq yang menyebut ada rekayasa pemasangan bendera oleh pihak di Indonesia tidak berdasar. Dia justru menganggap Rizieq tengah berupaya melanggengkan pamor di mata para pengikutnya.


"Tuduhan Rizieq Shihab atas rekayasa kasus pengibaran bendera di Arab Saudi oleh pemerintah Indonesia, tidaklah berdasar dan hanya menunjukkan upaya dirinya menjadi tokoh yang ingin diperhitungkan dalam konstelasi politik Indonesia," kata Hendardi.

Dia menyebut Rizieq melakukan itu agar para pengikutnya tetap berada dalam barisan. Dia mengatakan Rizieq tengah berupaya mempertahankan pamornya sebagai orang yang patut dijadikan panutan. Yang ujungnya adalah untuk kepentingan politik praktis dalam Pilpres 2019.

Hendardi juga menyoroti berbagai tanggapan dari para pengikut Rizieq. Kecurigaan pengikut Rizieq terhadap unsur aparat negara Indonesia tidak masuk akal. Dia berasumsi demikian karena Arab Saudi adalah negara berdaulat dan tidak mungkin ada campur tangan dari negara lain. Oleh karena itu, tudingan bahwa aparat dari Indonesia terindikasi melakukan rekayasa menjadi tidak rasional. Menurutnya, kecurigaan itu sebatas fantasi.

"Dan dugaan kuat merupakan bentuk politisasi sebagai seolah-olah korban," kata Hendardi.

Hahaha, jadi teringat dengan rumor murahan dan kampungan bahwa pemerintah Turki sangat geram dengan perlakuan yang diterima Rizieq sehingga akan menurunkan pasukan elit untuk melacak dan menemukan jejak pemfitnah Rizieq. Hahaha, lucu pake banget, kuadrat lagi.

"Rizieq Shihab memilih menghindar menghadapi hukum di tanah air, namun tetap mencoba bermain politik di negara orang yang konsekuensinya juga kerap mesti berhadapan dengan hukum di negara tersebut," kata Hendardi.

Memang ada benarnya sih. Rizieq selalu rutin berkomunikasi dengan pendukungnya lewat video, kadang memberikan instruksi (kayak instruksi pengibaran bendera), kadang memberikan ocehan yang bikin pusing deh. Meski sedang berada di Arab, ributnya tetap tidak berkurang.


Ini semacam bentuk mencari perhatian. Tidak ada alasan lain selain takut dilupakan. Makanya Rizieq rutin menampakkan wajahnya atau suaranya di tanah air supaya dirinya tidak dilupakan. Bisa jadi ini benar adanya. Bayangkan apa yang terjadi kalau dia selama berada di Arab, tidak pernah berkomunikasi dengan publik, entah itu lewat video, poster, sosial media atau instruksi?

Satu jawaban, yaitu dia akan dilupakan. Rizieq tentu tidak ingin ini terjadi. Ini mirip seperti yang dikatakan Hendardi di atas. Bisa juga dikatakan kalau Rizieq sedang mengalami post power syndrome. Sebuah gejala takut kehilangan power atau pendukungnya karena lama kabur ke negara lain.

Cepat atau lambat Rizieq pasti akan kembali ke tanah air. Dia pasti takut, sewaktu pulang nanti dia dilupakan atau tidak dianggap lagi. Malu dong berubah dari orang yang dielu-elukan oleh pendukungnya menjadi orang yang terlupakan. Tidak mudah menghadapi situasi seperti ini. Rizieq pasti tidak sanggup kalau ini terjadi kepada dirinya.

Dia ingin diperhatikan. Dia ingin tetap menjadi panutan oleh pendukungnya. Dia ingin tetap diperhitungkan dalam dunia perpolitikan tanah air. Makanya masuk akal kalau sekarang pun dia tetap ribut, bahkan tidak tampak gejala-gejala mau bertobat.

Lihat saja pengakuan soal penahanan dirinya. Banyak sekali drama yang diperlihatkan. Semua ini seolah agar media atau berita menyoroti dirinya sehingga dirinya tetap menjadi bahan pembicaraan semua orang. Dia seperti takut dilupakan.

Kita tahu kok apa akibatnya kalau dia dilupakan dan bukan siapa-siapa lagi. Mau jadi apa dia kalau ditinggalkan pengikutnya? Padahal di Arab sana, dia tidak bisa apa-apa dan tidak bisa berkutik, tapi masih merasa hebat dengan koar-koar sana sini. Dia ingin tetap terlihat hebat di mata pendukungnya, padahal dia kehilangan taring di Arab sana. Untung saja pemerintah berikan pendampingan dan dibebaskan dengan jaminan. Kalau tidak, memangnya dia bisa apa?



Bagaimana menurut Anda?



0 Response to "Meski Di Arab, Rizieq Terus Koar-Koar Karena Takut Dilupakan Dan Mau Diperhitungkan di Kancah Politik"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel