Bukan Ibu Pertiwi Yang Diperkosa Tapi Harga Diri Kubu Wowok Yang Tak Ada Malunya.
Busyet ! Kurang Ajar...!!!
Inilah mungkin kata yang tepat bagi kubu capres yang kalau kampanye atau lagi pidato seperti kesetanan. Bagaimana bisa meraih simpatik rakyat yang baik-baik kalau omongan di panggung begitu terbawa emosi, seperti sudah kehilangan akal sehat.
“Ibu pertiwi diperkosa..” ini kalimat apa? Kok katanya nasionalis, katanya patriotik, katanya negarawan, kok kasar begini cara omongnya? Benar-benar amburadul, tidak ada tampan negarawan.
Sangat amat berbahaya kalau orang seperti ini memimpin. Dan yang menggemari ini yahhh..hanya mereka yang memang sudah ada kerusakan dalam memahami arti perjuangan yang sesungguhnya. Yang menggemari orang kasar seperti ini pastilah orang-orang yang agak error juga.
Katanya ulama-ulama dikejar-kejar, emak-emak ditangkap sebagai upaya pembungkaman hak berbicara, tapi ternyata emang emak-emak pepes itu menyebarkan fitnah.
Dan ulama yang dikejar-kejar tidak disebutkan siapa ulamanya, si Sugik atau si Maher yang mulutnya bawel gitu? Bahar bin Smith? Kan kasusnya kekerasan anak dan korbannya sampai parah luka-luka, ini jelas pelanggaran HAM, apalagi terlebih dahulu membawa paksa atau menculik.
Yang menggemari pidato Prabowo sepertinya ikutan sakit berjamaah. Orang yang omongannya sakit pasti pesimis dan kasar, dan pendengarnya pun kalau merasakan kenikmatan dengan omongan kasar seperti itu, maka patut diduga kuat mengalami sakit jiwa yang akut. Tragis.
Memang sulit bagi pemerintah saat ini melaju lebih cepat pembangunannya, karena adanya orang-orang yang terganggu dengan jatah kekuasaan yang dulu mereka sempat nikmati. Karena itulah mereka menyerang dengan isu-isu pesimis, yang sebenarnya sudah sangat basi.
Coba perhatikan baik-baik. Prabowo masih belum bisa move on dengan serangan-serangan yang sebenarnya sudah seperti orang mabuk atau kesurupan, namun bagi si Sandi, cara menyerangnya juga dengan gaya lebay, yaitu model santun tapi berupaya mencekik dengan cakar-cakar yang sudah dipelihara.
Kalau disinggung masalah lapangan kerja, di jakarta saja saat menjadi wakil Gubernur tidak terjadi signifikansi perubahan besar orang-orang yang tadinya pengangguran kemudian bekerja, malah banyak pengangguran, dan Jakarta entah bertahan berapa lama dalam keadaan “sakit”. Malah Sandi hanya meninggalkan program OK OCE yang bangkrut, dan semakin tidak jelas. Hanya orang-orang dungu yang tetap percaya Sandi berhasil memimpin.
Dan, kini Anies yang tinggal sendiri, juga sibuk mengelak dengan tuntutan program-program yang harusnya dijalankannya seperti rumah DP 0 rupiah, dan sejumlah program-program yang ternyata hanya janji-janji yang terus menguap. Anies malah sibuk menyalahkan LRT karena banjir. Tipe orang seperti ini bukanlah pemimpin ideal, yang menyalahkan orang lain.
Itulah karakter umum dari gerombolan kubu Wowok. Hanya sibuk menyalahkan dan kemudian mencoba tampil bahwa merekalah yang paling pantas memimpin dan membenahi masalah-masalah rakyat. Padahal bisa jadi itu model para pengecut. Ketika berkuasa malah tidak bisa berbuat apa-apa, hanya sibuk dengan jatah kekuasaan. Kalau ini dibiarkan malah bisa tambah hancur.
Tapi sesungguhnya kalau ummat mau jeli dan tidak mau tertipu, cukup melihat track recordnya, meskipun misalnya Prabowo belum jadi presiden, tapi dia sangat jelas dari era Orde Baru yang sudah umum pengetahuan kita bahwa di era inilah banyak biang masalah dalam pembentukan karakter rakyat menjadi kurang baik, KKN tumbuh subur.
Nah, untuk membenahinya ini, kita butuh keberanian, karena kita melawan penyakit lama yang terus menggerogoti dan tak mau sirna. Mereka selalu mau mengganggu, dan kita tak bisa tinggal diam, apalagi menilai bahwa “siapa pun yang jadi presiden sama saja, begitu-begitu saja” model pemikiran seperti ini sudah tidak relevan, harus segera berani berbenah.
Sangat jelas, kubu Wowok hanya melemparkan kesalahan demi kesalahan sementara mereka hanya bisa berjanji dan ngomong belaka, demi meraih suara lalu segala cara dilakukan, hoax, kebohongan, fitnah dan membela diri dengan tidak ada malunya ketika sudah ketahuan mereka berbohong, alias mereka seperti muka badak, kagak ada malunya.
Kalau urusan menyalahkan semua orang bisa, tapi untuk berbuat menyelesaikan masalah-masalah bangsa, tidak banyak yang ikhlas, mereka biasanya butuh timbal balik, itulah politisi awut-awutan yang tidak ada tampan-tampan negarawan, tapi malah terdeteksi sebagai penipu.
Namun alangkah sabarnya Pak Jokowi. Serangan menyalahkan dari kubu Prabowo ditanggapi dengan serangkaian prestasi demi prestasi, meski mereka tetap ngeyel, karena yang mereka harapkan adalah buruknya citra pemerintahan Jokowi di mata rakyat.
Dalam menanggapi perkataan Prabowo yang mengatakan ibu Pertiwi diperkosa, Jokowi malah bilang Ibu Pertiwi berprestasi. Jadi selama ini Prabowo dan sandi merasa diperkosa, karena terlalu genit dan obral janji serta pamer aurat kebohongan di depan publik. Sehingga harga diri kubu Prabowo sandi jatuh berkeping-keping.
Tapi mereka sudah tebal muka, cobalah perhatikan bagaimana para pendukungnya banyak yang terciduk gara-gara melakukan kebodohan, merasa sedang berjuang tapi sesungguhnya sedang ikut jadi gila berjamaah.
Contohnya si kumis yang cincinnya banyak di Bogor yang begitu gobloknya dan sok jagoan sudah terciduk, merasa berani dan tidak dihukum, begitu diciduk langsung jadi bencong kalem.
Demikian juga si penyebar hoax kerusuhan 98 yang ternyata keturunan tionghoa, jadi siapa pun yang ikut dalam kubu ini apapun sukunya nampaknya banyak yang tidak sadar diri dan ikutan gila, merasa lebih TNI dari TNI, merasa lebih pemimpin dari banyak pemimpin, merasa lebih pengusaha dari banyak pengusaha tapi ternyata OK OCE bangkrut. Dan jatah kerja di Jakarta tidak bertambah, ini pekerjaan berat pemerintahan pusat, tapi sayangnya mlaah dijelek-jelekkan. Biadab ya...licik benar cara-caranya.
Jadi biarlah mereka merasa paling dungu dari yang paling dungu, meskipun merasa paling berakal sehat, padahal akalnya terjun bebas jatuh melewati lutut dan tergeletak di comberan hitam pekat. Nauzubillah. .
#JokowiLagi
0 Response to " Bukan Ibu Pertiwi Yang Diperkosa Tapi Harga Diri Kubu Wowok Yang Tak Ada Malunya."
Post a Comment