-->

Subscribe Us

Prabowo Subianto: End Game





Melihat ke-ngotot-an Prabowo cs dalam Pilpres 2019 ini saya jadi maklum. Maklum sekali. Pra kampanye-kampanye-Coblosan-Pasca Coblosan memperlihatkan betapa militannya Prabowo cs. Segala cara mereka lakukan. Di awal hingga di akhir. Di awal ada fitnah paling absurd ketika ibu-ibu menghasut, hoax, bahwa jika Jokowi menang lagi maka Adzan akan dilarang dan mata pelajaran agama di sekolah akan di hapus. Lalu di akhir “Game” mereka koar-koar terjadi kecurangan tanpa bukti yang kuat. Luar biasa. Dungu.

End Game. Tamat. Ini tidak hanya berlaku bagi The Avengers. Film super hero yang sedang ramai itu tamat mungkin karena Thanos mi. Tapi juga tamat bagi Prabowo. Tentu saja Prabowo belum mati. Tetapi bisa dipastikan bahwa Pilpres 2019 adalah “Game” terakhir Prabowo. Saya yakin itu. Memang tidak menutup kemungkinan Prabowo maju lagi sebagai Capres 2024-2029. Namun peluangnya kecil. Kecil sekali. Alasannya banyak. Anda sekalian tentu paham alasan-alasannya.


Maka, 2019 adalah peluang terakhir Prabowo untuk menuntaskan ambisi menjadi penguasa negeri. Apapun yang terjadi Prabowo harus jadi presiden. Begitu ingin para pendukungnya. Bagaimana pun caranya. Termasuk mendowngrade otak mereka ke level terbawah hingga sulit dipahami akal sehat. Contohnya mereka klaim sudah menang dengan angka 62% menurut survei internal mereka, sudah sujud sukur berkali-kali, sampai Prabowo lupa arah kiblat di rumahnya sendiri, tapi masih saja teriak-teriak kecurangan. Inikan kontra. Sudah menang apa belum sih sebenarnya? Kok gak pede begitu.

Quick count yang memenangkan Jokowi dituduh hanya menggiring opini, menyesatkan, karena faktanya menurut mereka Prabowo yang menang. Quick count dibayar penguasa. Begitu tuduhan mereka. Bahkan quick count disuruh pindah ke Antartika untuk bohongin Penguin. Nampaknya Prabowo trauma pernah dikibuli lembaga survei abal-abal pada pilpres 2014 yang membuatnya sujud sukur, tapi Jokowi yang dilantik.

Ditantang buka-bukaan data BPN ngeles. Sampai tulisan ini di post masih belum ketemu lokasi BPN mengolah data real count hasil coblosan yang memenangkan Prabowo. Agaknya mereka mengecilkan diri pakai teknologi Dr. Pym atau Pym partikel dalam film Ant-Man sehingga sulit dilacak. Itulah kenapa Prabowo bisa ngomong sama semut. Amejingggg….. Dan jangan-jangan Prabowo adalah Ant-Man???????

Dan ternyata form C1 baru-baru ini juga mereka minta pada Bawaslu. Bukan persis setelah coblosan. Jadi sebenarnya tak ada perhitungan real count di BPN. Trus klaim Prabowo menang versi real count internal pake data apa? Real count yang dilakukan para semutlah. Jadi strategi Prabowo adalah menugaskan para semut untuk pantengin TPS di seluruh Indonesia dan melaporkan hasilnya. Dan hasilnya adalah Prabowo sujud sukur. Ant-man mah bebas.

Lembaga survei yang kredibel dan terverifikasi punya reputasi akurat berdasarkan pemilu yang sudah-sudah tidak dipercaya Prabowo dan timnya, KPU juga mereka tuduh curang. Padahal jelas-jelas semua data perhitungan KPU dibuka untuk dipantengin masyarakat. Masyarakat dapat mengoreksi jika ada input data yang salah. Pun input data yang salah terjadi tidak hanya pada 02 saja, namun juga 01. Artinya kesalahan KPU dalam menginput data murni karena faktor human error alias kelelahan. Wajar karena ada 5 kertas suara yang harus mereka urus. Tentu tidak mudah dan melelahkan.

Puas mencela dan menuduh KPU curang, giliran Mahkamah Konstitusi yang mereka pertanyakan kredibilitasnya. Lalu siapa yang sebenarnya mereka percaya? Semut?

Wajar sih mereka ketakutan pada MK karena sejatinya bukti-bukti kecurangan pemilu yang terus saja mereka gaungkan sifatnya hanya halu dan pasti di tolak MK. Butuh bukti yang kuat untuk bisa meyakinkan MK. Dan Prabowo cs tak punya bukti kuat karena Pilpres berjalan dengan jujur dan adil. Sandiaga Uno juga mengakui hal itu. Karena kekalahan Prabowo adalah bukti rakyat masih sangat ingin Jokowi memimpin Indonesia sekali lagi. Dua periode.

“Sekretaris Jenderal artai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan para pendukung calon presiden Prabowo Subianto mempertanyakan kredibilitas Mahkamah Konstitusi dalam penyelesaian sengketa hasil pemilihan presiden 2019. Hal ini disampaikan Muzani saat ditanya ihwal pesan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat bertemu dengan sejumlah tokoh Islam di rumah dinasnya kemarin malam, Senin, 22 April 2019.


Dalam pertemuan itu, JK mewanti-wanti agar segala sengketa pemilu diselesaikan melalui Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan MK. Menurut Muzani, para pendukung Prabowo turut membicarakan hal ini.

"Tadi sih mereka cerita-cerita begitu juga kayaknya. Ya apa masih percaya dengan MK? Kata mereka gitu," kata Muzani di depan rumah Prabowo, Jalan Kertanegara 4, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa malam, 23 April 2019. (tempo.co)

Manuver-manuver BPN yang murahan itu berakhir pada statemen Sudirman Said yang meminta KPU menunda penetapan hasil perhitungan suara dan mengusulkan dibentukanya Tim Pencari Fakta atau TPF kecurangan pemilu. Inilah tujuan utama mereka. Menurut saya sejak awal Prabowo cs sebenarnya percaya pada hitungan quick count. Hanya mereka sengaja menolak hasil hitung cepat itu. Buktinya walau Prabowo cs sudah mengklaim menang dengan perolehan suara sampai 60an% dan sujud sukur berkali-kali tetapi tetap saja mereka teriak-teriak terjadi kecurangan pilpres. Logika akal sehatkan ngapain teriak ada kecurangan jika memang sudah menang di atas 50%.

Padahal pencoblosan ulang dan pencoblosan lanjutan sudah dilakukan di TPS yang terindikasi ada kesalahan. Lalu apa pentingnya menunda penetapan hasil perhitungan suara jika 99,99% pencoblosan terlaksana dengan baik. KPU harus sesuai jadwal. Soal kecurangan misalnya di Malaysia, itu jelas akal-akalan saja. Mereka yang videokan, mereka juga yang upload, mereka sendiri juga yang ribut. Lalu surat suara di Papua yang katanya dibakar juga ternyata adalah surat suara sisa “Polri menjelaskan surat suara yang dibakar di Puncak Jaya, Papua adalah sisa pencoblosan dengan sistem noken dan sudah tak diperlukan lagi. Pembakaran surat suara dilakukan agar tak disalahgunakan.” (detik.com)

“Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi Uno, Sudirman Said, mengatakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dapat menunda penetapan hasil perhitungan suara jika terbukti terjadi kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum 2019.

Hal ini disampaikan Sudirman sekaligus mendorong terbentuknya tim pencari fakta (TPF) kecurangan pemilu. "Bisa jadi kalau begitu dibentuk (TPF), temuan awalnya masif ya akan berinteraksi dengan agenda KPU dan bisa-bisa kalau begitu serius maka penetapan tanggal 22 Mei itu harus ditunda," kata Sudirman di Media Center Prabowo-Sandiaga, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat, 26 April 2019.” (tempo.co)

Apa yang dipersoalkan Sudirman Said itu lagi-lagi bersifat halu. Mereka kasihan jika Prabowo terbangun dari mimpi menjadi presiden terlalu cepat. Mereka ingin agar Prabowo lebih lama lagi berhalusinasi menjadi Presiden Republik Kertanegara. Di luar itu, tak ada kepentingan KPU harus menunda penetapan hasil perhitungan suara. Pun Sandiaga Uno sudah lebih realistis bahwa pilpres 2019 dimenangi oleh pasangan 01. Dan Sandi percaya bahwa KPU jujur dan adil.

Jadi, pilpres 2019 memang adalah “End Game” bagi Prabowo Subianto. Tamat. Apapun yang telah Prabowo korbankan. Bagaimanapun caranya. Prabowo Tamat. End Game. Dan Prabowo yang TNI lebih dari TNI itu seharusnya berjiwa kesatria menerima kekalahan. Bukan malah berhalusinasi menikmati kebodohan. Siap Presiden Republik Kertanegara!



#PrabowoEndGame



0 Response to "Prabowo Subianto: End Game"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel