-->

Subscribe Us

Anies, Orang Kaya Barunya Ibu Sosialita





Beberapa kali saya harus mengutak-utik pengaturan beranda di akun facebook saya, karena ada beberapa "teman", yang kebetulan ibu-ibu sosialita, yang berulang kali memposting kegiatan sehari-harinya. Mungkin bagi mereka itu adalah postingan wajib, sehingga harus setiap waktu perlu menunjukkan ke dunia, bahwa mereka bisa belanja ini dan itu. Pergi ke sini dan ke situ. Makan di sini dan di situ. Maklum juga, sihkarena mereka orang kaya, walau OKB, orang kaya baru.

Saya tahu persis mereka orang kaya baru, karena memang teman dari masa kecil dulu, paham sekali seluk beluk perkembangan kehidupannya.


Saya akhirnya harus menyembunyikan setiap postingan mereka dari beranda akun facebook saya tanpa harus memutuskan pertemanan dengan mereka di facebook. Hal ini, saya kira, perlu saya lakukan agar postingan seperti ini tidak merusak rasa pertemanan. Kenapa bisa merusak rasa pertemanan?

Pertama, kalaupun saya sanggup untuk melakukan hal yang sama, atau saya bisa mengupayakan hal yang sama kepada istri saya, mengajak istri plesiran, makan dan belanja, saya yakin teman lain yang tidak sanggup melakukan hal sedemikian, akan mulai timbul pergolakan dalam hatinya. Bisa jadi timbul kecemburuan sosial, bisa jadi muncul pertengkaran karena suaminya tidak bisa melakukan hal yang sama, atau bisa jadi dia menilai saya sombong dan norak, lupa di mana kaki berpijak.

Begitu juga bila sebaliknya, ternyata saya adalah yang berada pada posisi yang tidak mampu membelanjakan istri seperti mereka, tidak mengajak plesiran, dan tidak makan mewah, maka perasaan cemburu, marah dan tuduhan sombong yang akan saya ciptakan buat mereka yang mampu.

Jadi postingan seperti ini saya pikir sebaiknya saya hilangkan dari beranda facebooksaya.

Tapi, dengan Anies, saya kira menjadi pengecualian. Walau secara sifat dan sikap, bagi saya Anies ini mewakili sepenuhnya ibu-ibu sosialita yang baru kaya, namun, semua gerak-geriknya harus kita perhatikan, karena berhubungan dengan tugasnya sebagai pejabat publik, penjabat kita. Kita yang wajib mengevaluasinya.

Jangan sampai, mentang-mentang sudah jadi gubernur, plesiran kemana-mana tanpa agenda yang jelas. Kalau ditanya, malah jawabnya untuk memperkenalkan Indonesia. Hahaha. Padahal dia itu Gubernur Jakarta 'kan? Bukan Menteri Pariwisata, atau Hubungan Internasional. Urusan apa dia memperkenalkan Indonesia?


Dalam hal belanja, ini yang paling menyakitkan. Saya khawatir, jangan-jangan, mumpung punya kuasa, segala anggaran kesannya dihambur-hamburkan untuk hal yang justru tidak bersentuhan langsung dengan kepentingan warga.

Sebutlah anggaran gaji TGUPP yang fantastis, 19,8 milyar per tahun, harus dikeluarkan untuk prestasi yang minim, kalau tidak bisa dibilang tidak dirasakan oleh masyarakat bawah. Kalau tidak setuju, cobalah sebutkan apa prestasi TGUPP ini yang berhubungan langsung dengan kepentingan publik. Entah kalau Anda, tapi saya tidak melihatnya sama sekali.

Bagaimana mau dibilang keberpihakan, kalau membangun hal-hal kecil saja seperti instalasi getah-getih, atau instalasi gabion, persis seperti OKB yang beli tas mahal hanya untuk difoto beberapa kali, pajang di facebook dan instagram, dan setelah itu dibuang atau disimpan dalam gudang. Tidak ada faedahnya sama sekali.

Sebentar lagi, mungkin akan ada pengeluaran lagi untuk menjadi tuan rumah Formula E, sebesar 345 milyar rupiah. Anies memang mengklaim akan ada perputaran uang yang terjadi di Jakarta sebesar 1,2 triliun bila benar Jakarta menjadi tuan rumah Formula E. Sumber

Semogalah prediksi Anies benar, walau saya pribadi menganggap ini proyek kacangan. Bagaimana tidak, ini hanya Formula E, yang tentu tidak sebonafid F1 atau MotoGP. Dan prediksi Anies hanya mengenai perputaran uang. Hei! Perputaran uang itu tidak identik dengan pendapatan lho. Jangan sampai kepintaran beliau ini mengolah kata, membuat Anda terlena, seolah-olah pengeluaran 345 milyar lalu pendapatan 1,2 triliun, maka keuntungan 800 an milyar. Bukan!

Perputaran uang itu bisa tidak mengembalikan sepeser pun buat Jakarta, karena, mungkin saja, hanya berputar di cashflow tanpa meninggalkan laba. Atau bahkan kerugian, karena dampak pada sektor lain. Jadi harus dibedakan perputaran dengan pendapatan.

Ini belum kita kaji megenai kenaikan anggaran, karena merunut ke informasi terbaru, anggaran yang dibutuhkan ternyata membengkak menjadi 1,6 trilun. Sumber. Ini lalu bagaimana menurut Barbie yang kepalanya pusing tujuh keliling? Hahaha.

Pokoknya memang bagi saya, Anies ini persis ibu sosialita yang baru saja kaya. Bikin gregetan kalau tidak dibahas, dan mengesalkan justru kalau sudah dibahas.



Akhirnya kita yang sebagai pemerhati, hanya bisa mengguman dalam hati, horangkaya mah, bebas!



0 Response to " Anies, Orang Kaya Barunya Ibu Sosialita"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel