-->

Subscribe Us

Apes! Zul Sudah Setor Muka, PAN Malah Tidak Pernah Diajak Gabung ke Kabinet Lagi oleh Jokowi







Sebelumnya, penulis mau mengucapkan selamat Milad dulu yang ke-21 kepada PAN. Semoga sang pendirinya, Amien Rais sehat selalu, sehingga bisa melihat Indonesia kedepan semakin maju dan sukses dibawah kepemimpinan Jokowi.

Bicara soal PAN memang unik. Partai yang berdiri pada 23 Agustus 1998 itu, sekarang berevolusi menjadi oportunis sejati. Bagaimana tidak, prinsip ‘ada gula ada semut itu’ benar-benar diterapkan oleh PAN.


Bagi partai berlambang mahatari itu, yang terpenting sekarang adalah bagaimana mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin. Soal prinsip atau pendirian, itu urusan yang ke-21, seperti usianya.

Perhatikan saja, sejak Pilpres 2004 yang lalu sampai 2014, PAN tidak pernah sekalipun berada di luar pemerintahan. Padahal presiden terpilih, mayoritas bukan yang didukungnya lho. Artinya apa? Tanpa rasa malu PAN merapat ke pemerintah. Padahal tidak berkeringat seperti Parpol pengusungnya yang lain.

Misalnya, di Pilpres 2004, yang mana saat itu pemenangnya adalah SBY-JK, yang diusung oleh Partai Demokrat, PBB dan PKPI. Sedangkan PAN, mengusung capres/cawapres sendiri, yakni Amien Rais dan Siswono Yudo Husodo. Tapi ketika mbah Mien keok, PAN pun langsung merapat ke kubu SBY yang notabene pernah menjadi lawannya.

Lantaran PAN menjadi pendukungnya, SBY pun mau tidak mau mengangkat kadernya menjadi menteri, yakni Hatta Rajasa sebagai Mensesneg dan Bambang Sudibyo sebagai Mendiknas saat itu.

Tapi, memang dari sononya PAN tidak tahu diuntung. Bukannya bersyukur ada kadernya diangkat derajatnya oleh SBY dengan diajak bergabung ke kabinetnya, eks Ketum-nya Amien Rais malah memfitnah SBY saat itu, terkait dana nonbujeter DKP dan dana asing dari Washington DC kepada Parpol dan capres pada Pemilu 2004.

Kemudian di Pilpres 2009, PAN tidak lagi mengusung Amien Rais sebagai capres, tapi mengusung SBY yang merupakan petahana. Karena mengusung SBY jelas peluangnya lebih besar untuk mendapatkan untung dibandingkan mencalonkan Amien Rais lagi. Dan benar saja, saat itu SBY terpilih jadi presiden dua priode.

Sebagai kompensasi, beberapa kader PAN diangkat jadi menteri oleh SBY, seperti Hatta Rajasa diangkat menjadi Menko Bidang Perekonomian dan Zulkifli Hasan diberi jabatan sebagai Menteri Kehutanan.

Di Pilpres 2014, SBY tidak bisa bertarung lagi, karena sudah menjabat sebagai presiden dua periode. PAN pun memutuskan untuk mengusung Prabowo yang lebih berpengalaman di Pilpres dibandingkan Jokowi, dengan Hatta Rajasa sebagai cawapres-nya.

Tapi apa yang terjadi? Nasib Prabowo sama seperti Amien Rais, kalah bersaing dengan cawapres lawan. Ternyata, dwi tunggal versi Prabowo-Hatta itu tidak secemerlang dwitunggal yang sesungguhnya, Soekarno-Hatta. Kwkwkwk

Lagi-lagi PAN menunjukkan sikap ‘ada gula ada semut’. Meski tidak berkeringat mememangkan pasangan Jokowi-JK, partainya Mustofa Nahra itu tanpa merasa malu merapat ke kubu pemerintah. Dan berkat kebaikan Jokowi pula, salah seorang kadernya, Asman Abnur diangkat menjadi Menpan RB. Yang sebelumnya, harus mencopot Yuddy Chrisnandi terlebih dahulu dari kursi tersebut.

Hanya saja, ternyata PAN ini bukan sekedar tidak tahu malu, tapi juga tidak tahu diuntung. Bagaimana tidak, sudah diterima gabung ke koalisi pemerintah baik-baik, kadernya diangkat jadi menteri, meskipun tidak berjuang bersama, eeeeh di Pilpres 2019 malah mengusung lawan Jokowi, yakni Prabowo.

Dampaknya, Asman Abnur pun mundur secara teratur dari 'Kabinet Kerja', karena malu. Padahal prestasinya sangat baik lho. Lebih keren dari Zulkifli Hasan yang banyak ‘menjual’ lahan ke pebisnis itu.

“Bapak Presiden juga sangat puas dengan kinerjanya Pak Asman Abnur. Sangat, sangat, sangat puas. Bukan hanya puas ya, tapi saya bisa katakan lagi sangat, sangat puas," ujar Mensesneg Pratikno, memberikan testimoni mengenai eks rekan kerjanya tersebut.

Namun, lagi-lagi PAN bernasib sial. Sudah mengorbankan Asman Abnur keluar dari kursi menteri, dan ketua Dewan Kehormatannya, Amien Rais sudah menghujat Jokowi habis-habisan, capres yang diusung tetap saja kalah.


Jadi, dua kali PAN mengusung Prabowo, dua kali pula Prabowo kalah. Sehingga muncul pertanyaan, diantara kedua ini (PAN atau Prabowo), siapa yang membawa sial? Kwkwkwk

-000-

Pasca capres yang diusungnya gagal maning gagal maning, Zul pun berusaha merapat ke kubu Jokowi lagi.

Tepat satu minggu pasca Pilpres digelar, dan hasil Pilpres sudah diketahui berdasarkan quick count, yakni Jokowi-Ma’ruf sebagai pemenangnya, ia mendatangi Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta, (24/04).

Menurut Waketum PAN, Bara Hasibuan sih, pertemuan antara Ketua MPR dan presiden itu membahas rencana ke depan pasca Pemilu 2019. Pertanyaannya, rencana apa lagi yang mau dibahas kalau bukan soal koalisi dan bagi-bagi kekuasaan? Kwkwkwk

-000-

Nah, baru-baru ini Sekjen PAN, Eddy Soeparno membuat pengakuan yang mengejutkaan, yakni terungkap sudah posisi PAN pasca Pilpres 2019 ini. Tetap berada di luar pemerintahan alias menjadi oposisi.

PAN menjadi oposisi bukan apa-apa. Bukan pula atas kemauannya sendiri. Tapi menurut Eddy, memang tidak pernah diajak lagi bergabung ke pemerintahannya oleh Presiden Jokowi, pasca Parpol yang berlandaskan agama itu berkhianat. Sudah dikasih kursi menteri tapi masih tetap saja mendukung Prabowo.

Gagal deh rencana dapat gula lagi. Karena si pemilik gula sudah tahu kalau yang coba merapat itu adalah ‘buaya darat’.



Padahal Zul sudah setor muka. Kwkwkwk.



0 Response to "Apes! Zul Sudah Setor Muka, PAN Malah Tidak Pernah Diajak Gabung ke Kabinet Lagi oleh Jokowi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel