-->

Subscribe Us

Gabion, Ada Yang Merasa Itu Lebih Mirip Popcorn Yang Dijual Di Bioskop?







Instalasi seni bambu getah getih sudah expired, sudah menemui ajalnya karena rusak oleh cuaca dan alam, akhirnya dikutuk menjadi batu. Lho, kok bisa? Begini, seni getah getih dianggap sebagai pemborosan yang amat sangat. Orang bilang seni tidak bisa diukur, siapa bilang? Lihat saja seni bambu di Jatiluwih Bali yang lebih bagus, lebih indah, lebih detil dan kompleks tapi harganya tidak sampai ratusan juta dibandingkan dengan getah getih yang harganya mencapai Rp 550 juta.

Dan sekarang bambu tersebut sudah dicopot karena takut roboh dan menimbulkan kecelakaan. Tapi entah kenapa muncul lagi satu instalasi seni yang, kalau saya lihat, sama sekali tidak menarik, dan bahkan tidak terlihat unsur seninya sama sekali. Apalagi pembuatan gabion juga menelan anggaran Rp 150 juta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).


Lebih terlihat batu yang disusun menjadi tinggi. Sedangkan bagian tumbuhannya hanya sedikit. Beberapa orang yang melihatnya pun, merasa kurang menarik kalau dilihat dari kacamata awam. Atau mungkinkah mereka mau membuat bentuk seperti piramida di Mesir yang terdiri dari batu yang disusun bertingkat-tingkat?

Biaya Rp 150 juta untuk hal seperti itu adalah sebuah pemborosan. Jujur, jauh lebih baik gunakan uang tersebut untuk menanam pohon atau tanaman bunga yang indah biar adem.

Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta Suzi Marsitawati mengatakan, susunan bebatuan itu disebut instalasi gabion. Ada tiga pilar dalam instalasi gabion itu yang menggambarkan tanah, air, dan udara. Makna instalasi ini adalah penyelarasan lingkungan di mana di bawahnya kami tanam juga yang contoh-contoh tanaman enyah polusi," kata Suzi.

Kalau saya tangkap dari ini sih, entah Pemprov-nya, dalam hal ini Anies, seleranya payah atau memang ingin bikin kita kesal karena ini sungguh tidak penting. Mau sebagus apa pun filosofinya, kalau tidak artistik, rasanya aneh.

Jujur saja, kalau saya jadi gubernurnya, malah saya akan panggil seniman yang bikin instalasi bambu Jatiluwih dan memboyongnya ke Jakarta untuk bikin instalasi bambu yang jauh lebih cantik, misalnya bentuk pahlawan atau bentuk lain yang merepresentasikan Jakarta. Murah, meriah, cantik dan akan membuat orang yang melihat terpukau. Lebih murah dari seni gabion yang rasanya sangat mahal ini. Atau saya akan minta saran dan bantuan dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk merancang seni yang lebih indah dipandang mata dan berkelas serta berkualitas.

Atau jangan-jangan batu dipilih karena ingin memberdayakan pengusaha batu lokal? Kan dulu Anies pernah bilang bambu dipilih karena untuk petani lokal ketimbang pakai besi dan diimpor dari negara Aseng (yang terkenal suka bikin kaum sebelah kebakaran bulu ketiak).


Itu saya juga mikirnya, kalau nanti, misalkan (semoga tidak terjadi) ada aksi demo yang berakhir rusuh, pendemo tak usah capek-capek, tinggal ambil batu dan lemparkan saja. Maklum lah, pendemo sebelah itu suka menggila dan tidak waras. Kalau sudah kalap, tidak akan peduli sekitar, main lempar saja. Bedanya, kali ini tidak perlu lagi ambil dari ambulance. .

Seni instalasi bambu getah getih hanya bertahan kurang dari setahun, tepatnya 11 bulan. Bagaimana dengan instalasi Gabion? Apakah akan sama, hanya bertahan setahun, dan tahun depan dibongkar lagi karena faktor cuaca. Batunya berlumut dan besinya karatan. Dan kemudian pakai instalasi lain, mungkin instalasi emas 24 karat?

Aneh saja, kalau memang mau menjelaskan makna pengurangan polusi, kenapa tidak tanam pepohonan besar dan lebat saja disitu? Ini batu di tumpuk-tumpuk tapi hasilnya malah mirip dengan popcorn yang dijual di bioskop. Mending pepohonan, bagus juga buat pemandangan dan bisa menyerap polusi. Makanya saya tadi katakan, entah seleranya yang payah atau memang mau bikin kita kesal karena selera yang payah ini.

Setiap seni ada makna, latar belakang, dan apa yang mau dilambangkan nilainya. Kalau Gabion ini apa ya? Ini tidak jelas dan tidak nyambung. Ini namanya proyek yang terkesan maksa banget.

Begitulah kalau orang sakit logika dilawan. Yang ada malah kita yang pusing. Hasil pilihan umat nih. Bangga.



Bagaimana menurut Anda?



0 Response to " Gabion, Ada Yang Merasa Itu Lebih Mirip Popcorn Yang Dijual Di Bioskop?"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel